Pintu yang Terbuka
19 Nov 2021 | by MARIA KURNIAWATI
Saat berkumpul dan belajar bersama guru di pelbagai jenjang, pasti banyak cerita tentang masa lalu. Salah satu bahan cerita adalah peserta diminta membuat gambar pemandangan atau gambar rumah. Pemandangan yang sama, dua gunung, matahari, jalan, dan sawah. Hal lain yang juga pasti seragam adalah bentuk rumah. Rumah yang terbuat dari persegi panjang dan segitiga. Kemudian ditarik ke kanan dan ke bawah, untuk membentuk atap dan dinding. Setelah itu biasanya ada bentuk awan, matahari, pohon atau bunga. Entah mengapa dari generasi saya masih duduk di bangku TK, sampai saya membersamai murid TK, gambar pemandangan dan rumah tersebut selalu tetap. Walaupun ada tambahan gambar di sana-sini, tetap saja dasar gambar sama. Keadaan ini membuat saya tercengang, penasaran, dan terdorong untuk mencoba merubah kebiasaan tersebut. Saya memutuskan untuk memulai dengan gambar rumah.
Saat rumah menjadi tema pembelajaran, saya menunjukkan banyak gambar tentang macam-macam rumah. Ada rumah dari kayu, bambu, kaca, es, dan material bangunan lainnya. Gambar-gambar yang saya tunjukkan memberi wawasan pada murid saya bahwa atap rumah tidak selalu berbentuk segitiga. Dinding rumah tidak selalu berbentuk kotak. Saya bahkan mengajak mereka menonton video tentang bagaimana sebuah rumah dibangun. Mereka sangat antusias melihat langkah-langkah yang diambil oleh para pembangun. Banyak sekali pertanyaan yang mereka lontarkan. Itu adalah sebagian kecil pertanyaan mereka. Saya sangat terharu mendengar celotehan mereka saat mereka ingat bagian-bagian dari rumah, seperti dinding, atap, dan lantai.
Saya melanjutkan cerita saya dengan menggali ingatan mereka tentang ruangan di rumah masing-masing. Sambil memperlihatkan gambar ruangan yang penuh dengan barang yang ditata apik, saya menguatkan pemahaman mereka tentang nama, fungsi, dan manfaat semua ruang yang ada di rumah. Kami mengadakan permainan tebak dimana aku. Saya menyebutkan sebuah benda sedangkan murid-murid menebak di mana seharusnya benda tersebut berada. Dalam waktu dua puluh menit kami main bersama. Gelak tawa terdengar saat ada teman kecil yang salah menempatkan barang, seperti penempatan televisi alih-alih di ruang keluarga malah diletakkan di dapur. Namun kembali lagi pada kebiasan masing-masing keluarga, sebab bukan tidak mungkin dapur dan ruang tengah dibangun tanpa sekat.
Kemudian saya mengajak mereka menuangkan pengetahuan baru mereka di buku yang telah saya desain. Saya mengawali dengan bagian atap, dinding, dan lantai. saya memberi kebebasan pada mereka untuk mendesain dinding dan lantai. Saya juga mengenalkan pola lantai dan hiasan dinding. Salah satu murid bercerita tentang warna kamar tidurnya, sedangkan murid yang lain mengatakan bahwa ada gambar avenger di salah satu dinding kamar. Setelah itu saya mengajak mereka untuk mengenali penghuni rumah
Saya mengajak mereka ke aktivitas berikutnya, membuat denah ruang. Di aktivitas ini mereka menyebutkan ruangan seperti yang ada di rumah mereka. Saat ada ruang yang terasa asing bagi mereka, seperti teras atau balkon, saya segera menunjukkan gambar yang ada di buku arsitektur. Sebagai aktivitas yang terakhir, saya meminta mereka untuk membuat rumah impian mereka dan mempresentasikannya. Mereka segera menggambar pelbagai bentuk rumah. ada yang menggambar rumah tingkat, rumah yang panjang, dan rumah yang minimalis. Saya yakin bahwa aktivitas-aktivitas yang saya berikan berdampak positif, Saya menemukan bukti bahwa gambar rumah mereka bervariasi.