Membuat Cerita Fantasi dengan Interaksi Media Interaktif

19 Nov 2021 | by Atik Dian Anggraeni, S.Pd

Pada semester ini saya mendapat amanah untuk mengajarkan materi cerita fiksi dengan penulisan elemen cerita yang benar dan runtut, juga memperkenalkan kepada murid-murid tentang bentuk visual teks. 

Pada awalnya saya pikir itu hal yang sangat mudah karena mereka sudah pasti senang dengan cerita fiksi. Namun saat saya melakukan formatif asesmen awal untuk mengetahui seberapa pahamnya mereka dengan cerita fiksi dan penulisannya, ternyata hampir sebagian besar dari mereka hanya mengetahui sebatas bentuk ceritanya saja. Mereka ternyata belum paham tujuan dan ciri dari cerita fiksi itu sendiri terutama runtutan alur cerita. 

Ada 2 tujuan saya dalam mengajarkan materi ini adalah untuk membantu mereka agar bisa dan tertarik menulis cerita fiksi fantasi karangan mereka sendiri. Tujuan yang kedua adalah agar mereka dapat menulis cerita sesuai dengan ciri unsur cerita fantasi itu sendiri dengan produk berupa e-book. Oleh karena itu saya memperkenalkan kepada murid-murid saya dengan 3 aplikasi interaktif dalam proses belajar mengajar di kelas mengenai materi membuat cerita fantasi, yaitu Canva, Toontastics, dan Story Jumper.

Sebelumnya saya melakukan survei terhadap minat menulis murid-murid saya yang ternyata banyak dari mereka menyatakan bahwa menulis itu membosankan dan membuat capek di dalam prosesnya. Berdasarkan survei tersebut juga dapat terlihat antusiasme mereka dalam penggunaan beberapa aplikasi yang mereka pakai saat bermain dan belajar. Namun tidak semua familier dengan penggunaan aplikasi sehingga masih bergantung pada orang tua yang memang juga kurang paham dalam hal penggunaan aplikasi modern. Oleh karena itu saya mencari beberapa aplikasi yang ramah digunakan oleh murid-murid kelas 3 seperti aplikasi desain Canva yang dipakai dalam membuat sampul buku mereka. 

Untuk dapat membuat cerita fantasi yang menarik, mereka harus mengerti mengenai alur yang runtut agar jalan ceritanya dapat dimengerti oleh pembaca. Sehingga saya memutuskan untuk menggunakan aplikasi berbasis seluler yang dapat diunduh oleh mereka pada perangkat mobile phone-nya masing-masing. 

Dikarenakan hasil produk akhirnya berupa tulisan cerita mereka sendiri dalam bentuk buku, maka saya memilih aplikasi berbasis web browser yaitu Story Jumper. Aplikasi ini dapat diakses dengan mudah dan di dalamnya sangat cocok untuk mereka dalam menulis dan membuat buku cerita fantasinya sendiri. Namun memperkenalkan aplikasi-aplikasi tersebut sebagai tool yang membantu dalam mencapai semua target itu tidaklah mudah dikarenakan minat menulis murid-murid saya yang kurang dan tingkat pemahaman menggunakan aplikasi modern juga rendah.

Untuk mengatasi tantangan dalam penggunaan 3 aplikasi pendukung kegiatan belajar mengajar, saya membuat terlebih dahulu tutorial menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut. Saya menggunakan video tutorial melalui youtube, membuat langkah-langkah panduan dalam bentuk  PDF, dan mempraktekkannya langsung di depan murid-murid. Hal ini dapat membantu mereka yang kurang familier dalam menggunakan aplikasi digital yang akan mereka pakai, dan memudahkan orang tua dalam membimbing mereka saat di rumah. 

Dikarenakan target hasil produk akhirnya berupa buku cerita fantasi. Mereka saya perkenalkan dengan unsur-unsur yang terdapat pada sampul buku lalu membuat desain sampul buku cerita mereka sendiri menggunakan aplikasi yaitu Canva. Sebelum mereka mengembangkan ide cerita yang telah mereka pilih menjadi sebuah tulisan cerita karangan sendiri. Anak-anak saya ajak untuk mengenal 5 bagian alur cerita fantasi dengan cara membuat cerita pendek berbasis storytelling menggunakan aplikasi seluler yang dapat mereka unduh, yaitu Toontastics. 

Agar tulisan cerita mereka dapat dipublikasikan dan dapat dikemas dengan sangat bagus layaknya sebuah buku profesional, maka saya memperkenalkan aplikasi web browser yaitu Story Jumper, yang dapat dipakai dengan mudah dan tidak berbayar.

Dari rangkaian pembelajaran dalam mengenali dan menulis cerita fiksi fantasi menggunakan aplikasi interaktif tersebut. Saya belajar bahwa murid-murid saya membutuhkan ruang dan pilihan dalam membuat cerita mereka menjadi lebih menarik, sehingga ketertarikan mereka dalam menulis menjadi terpantik.


Simak Video Pemaparan Ibu Atik Dian Anggraeni, S. Pd