Papan Peraga Perkalian Pecahan

20 Nov 2021 | by Nurkamilah Halim

ASYIKNYA BERMAIN PERKALIAN PECAHAN





AWAL


Sebagai seorang pengajar, saya ingin kegiatan pembelajaran saya di kelas bisa menyenangkan dan bermakna. Saya ingin murid punya motivasi belajar yang kuat. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kemauan dan kerja keras memahami kebutuhan murid itu sendiri.


Materi  pecahan adalah materi yang menurut saya menuntut persiapan yang lebih, karena banyak murid yang menganggap materi ini sulit dipahami, rumit dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.  


Saya berharap murid mendapatkan konsep perkalian pecahan dengan baik, sehingga mampu menggunakan pecahan dalam kehidupan sehari-hari, mendapatkan kegiatan yang menyenangkan sekaligus bermakna.



TANTANGAN


Sayangnya, murid lebih suka bermain daripada belajar. Dari hasil pengamatan tersebut saya mencoba beberapa permainan yang bisa dimainkan di ponsel, untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan, tapi nyatanya kegiatan ini kurang menunjukkan hasil yang baik. Terbukti ketika mereka diberikan soal cerita mereka kebingungan memahami soal dan pada akhirnya kurang mampu menyelesaikan soal dengan baik.


Bahkan kemudian saya baru menyadari bahwa banyak murid yang masih belum mengerti maksud pertanyaan di dalam soal.

 Ketika saya memberikan soal cerita banyak murid yang masih bertanya, “Ibu ini diapakan?” atau “ini dikalikan ya, Bu?”


Kesulitan lain, tidak sedikit murid yang masih terpengaruh dengan penjumlahan pecahan sehingga mereka menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.



AKSI


Lalu saya bertanya pada beberapa murid, apa yang bisa saya bantu agar mereka paham perkalian pecahan. Mereka menjawab, mereka ingin belajar pecahan tapi yang tidak rumit, yang tidak terlihat angka-angka saja. 


Dari hasil empati tersebut, Saya menyiapkan peraga pecahan yang meminimalisir angka, bisa mereka pegang dan rekatkan. Peraga ini juga di pajang di dinding kelas agar mudah dimainkan. Peraga ini dibuat dari karton bekas bungkus sabun cuci lalu diberi perekat yang bisa ditempel dan dilepas kembali, saya juga menyiapkan  papan untuk ditempel di dinding yang juga dilengkapi perekat untuk tempat menempelnya bidang-bidang pecahan.


Awal  saya tunjukkan peraga ini siswa kurang antusias, lalu saya adakan permainan terlebih dahulu, yaitu permainan menunjukkan pecahan yang dimaksud. Setelah itu saya hubungkan dengan papan peraga yang sudah dibuat. saya meminta seorang murid untuk membacakan petunjuk penggunaan, lalu  mempraktekkannya di depan. Sekali dua kali murid melakukan kesalahan menempatkan bidang pecahan, namun  teman-temannya memberi koreksi dan membimbing temannya yang belum paham.


setelah menyaksikan temannya berhasil melakukannya, murid lainnya berebut ingin melakukannya juga.


Selama proses belajar berlangsung seorang murid berkata “Oh, ... iyaya, perkalian pecahan itu tinggal dikalikan penyebut dengan penyebut dan pembilang dengan pembilang, tidak seperti penjumlahan pecahan yang harus menyamakan dulu penyebutnya.”

Saya merasa bangga, karena murid mampu menarik kesimpulan sendiri. Saya pun menggunakan pernyataan murid tersebut sebagai sebuah yel-yel untuk mengingat perkalian pecahan.


“Penyebut kali penyebut, pembilang kali pembilang” 


Setelah konsepnya saya anggap kuat lalu saya membimbing murid menarik kesimpulan, agar jika ada soal tentang perkalian pecahan mereka tidak perlu repot mencari bidang pecahan.

Dimulai dari perkalian bilangan bulat dengan pecahan, lalu pecahan kali bilangan bulat, berlanjut dengan perkalian pecahan dengan pecahan tanpa perlu lagi menggunakan bidang pecahan.



PERUBAHAN


Dari kegiatan yang saya lakukan, kemudian saya mendapatkan pelajaran, bahwa pengetahuan dan pemahaman murid tentang sebuah konsep tidak bisa hanya dilakukan dengan tulisan di papan tulis atau sekedar penjelasan panjang lebar didepan kelas. 


Murid butuh mengamati sendiri dan menemukan sendiri proses belajarnya. Kita sebagai guru wajib memberi kesempatan pada murid untuk memperoleh pengetahuannya sendiri, dan kita hanya memberikan jalur belajar yang tepat sehingga proses belajarnya sesuai arah. 


Mereka mengingat kembali bahwa sejatinya perkalian adalah penjumlahan berulang, mereka butuh waktu untuk memahami sebuah konsep dengan baik, sehingga kita perlu melakukan pengulangan dengan berbagai variasi agar tidak bosan.


Simak Pemaparan Ibu Nurkamilah Halim