Peningkatan Antusiasme Belajar dan Apresiasi Murid melalui Media Layar Mini Pejuang HAM Pada Murid Kelas XII MIPA 1 SMAN 1 Seteluk
19 Nov 2021 | by Citra Rizcha Maya, S.Pd
Pembelajaran di masa kenormalan baru masa pandemi Covid-19 memiliki tantangan yang berbeda, baik bagi saya maupun murid. Dengan dimulainya pembelajaran tatap muka terbatas, berdurasi 45 menit per-mata pelajaran membuat saya harus memutar otak agar pelajaran yang disampaikan dalam kesempatan sesempit itu tetap bisa mencapai tujuannya serta memberikan makna dan manfaat bagi para peserta didik. Adalah PR besar, setelah belajar dari rumah dan kemudian melaksanakan PTM terbatas. Indikasi learning loss-pun tampak nyata menjangkiti murid.
Di awal-awal masuk kelas, hampir selalu terlihat ketiadaan semangat belajar. Murid cenderung apatis, terlihat terpaksa, dan tak seakan jiwanya tak berada di kelas. Apalagi, ketika saya mengatakan bahwa materi berikutnya adalah, Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila, murid secara instan skeptis. Mereka menyangsikan akankah materi ini bermanfaat atau berguna, atau kembali lagi hanya bersifat teoritis semata, seperti anggapan mereka.
Selama ini, mereka berasumsi bahwa keadilan hanyalah hal yang utopis bagi para korban pelanggaran HAM di Indonesia, dan tak sedikit pula, justru para pejuang pembela Hak Asasi Manusia inilah yang menjadi sasaran dari pelanggaran HAM. Kecenderungan murid menilai hukum di Indonesia yang kerap dikhianati berkali-kali membuat mereka merasa bahwa apa gunanya untuk mengetahui hal ini?
Sehingga, sulit sekali membangkitkan antusiasme siswa dalam mengikuti materi ini. Jika, tidak ada semangat bahkan untuk sekadar ingin tahu, lalu bagaimana bisa menumbuhkan rasa empati di dalam diri para murid? Padahal, salah satu nilai yang ingin saya tanamkan sebagai salah satu tujuan pembelajaran yang harus dicapai adalah menjadikan murid saya sebagai manusia yang lebih berempati.
Selain itu, sempitnya waktu belajar hingga hilangnya kesempatan berdiskusi langsung rasanya membuat peluang untuk berhasil mencapai tujuan kian sulit. Oleh karena itu saya berpikir untuk bisa menyebar inspirasi melalui kompilasi beberapa video mengenai cerita di balik perjuangan para pembela HAM.
Berdurasi singkat, kurang dari 15 menit dan tautan layar mini Pejuang HAM bisa dibagikan melalui WAG untuk disaksikan sebelum pelajaran. Selain video, juga diberikan stimulus berupa pertanyaan untuk dijadikan bahan renungan murid yang berkaitan dengan materi. Setelah masuk ke jam pelajaran, murid di kelas disambut dengan mini quiz melalui Quizizz yang berkaitan dengan isi video yang sudah disaksikan. Sehingga ketika selesai dari pembahasan quiz, murid sudah punya bahan dan bekal apa yang tentang apa yang mereka ingin ketahui lebih di dalam materi yang akan dibahas.
Di luar dugaan, kompilasi video dari layar mini pejuang HAM yang berisi curahan hati Damaris Hutabarat, profil Adnan Buyung Nasution, hingga perjuangan Munir membuat siswa terinspirasi. Tak hanya membuat mereka antusias dalam diskusi di kelas, mereka juga inisiatif dalam bertanya, mulai mengumpulkan berita secara mandiri, meminta untuk dikisahkan tentang perjuangan para pejuang HAM, tak hanya yang ada dalam layar mini tersebut, namun juga tokoh HAM lainnya. Berita, kisah, cerita profil dari para pejuang HAM ini memikat, menggugah dan menggerakkan mereka, hingga melahirkan ide dari para murid untuk untuk membuat apresiasi bagi para korban dan pejuang HAM. Tujuan belajar tak hanya berhasil tapi juga membuat kami di kelas menjadi lebih hidup, para murid kian bersyukur, berterima kasih atas perjuangan mereka. Sehingga, salah satu project kami di kelas setelah materi ini adalah membuat apresiasi seni, berupa lagu, musikalisasi puisi, lagu, yang kemudian kami posting di media sosial pribadi peserta didik. Dalam kegiatan belajar kami di kelas, persfektif kami lebih kaya. Jiwa anak-anak menjadi lebih luhur. Beberapa di antara mereka menemukan tujuan hidup yang lebih bermakna. Keaktifan belajarpun meningkat pesat.