Video Pembelajaran

12 Dec 2020 | by MUARIFIN, S.Pd.I

Profil Murid: Siswa merasa bosan dengan pembelajaran jarak jauh yang berlangsung hampir 3 bulan, sejak pertengahan Juli sampai pertengahan September. Bosan dengan gaya atau model pembelajaran serta media yang digunakan guru. Siswa sebatas absen kehadiran di aplikasi WA, tanpa adanya interaksi aktif selama PBM. Awal: Guru menginginkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, atau istilah lainnya student oriented. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya proses pembelajaran yang bermakna, menarik, menyenangkan serta berkesan. Joyfull learning ini akan terjadi manakala guru mampu memadu padankan antara metode dan media pembelajaran secara tepat. Terlebih pada pembelajaran kurikulum 2013, yang mana proses pembelajaran harus memasukkan skill atau kecakapan abad 21. Biasa kita kenal dengan 4C, yaitu critical thinking (berfikir kritis), creative (kreatif), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi).

Tantangan: Namun hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih di saat pandemi COVID-19 melanda. Hampir seluruh lini kegiatan masyarakat terdampak, salah satunya bidang pendidikan. Sehingga menyebabkan pembelajaran harus dilaksanakan secara non fisik atau tidak diperbolehkan tatap muka langsung. Dalam hal ini kita kenal dengan istilah pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tentu saja hal tersebut membawa dampak yang luar biasa bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran yang bermakna, menarik, menyenangkan, dan ketercapaian kecakapan abad 21 sebagaimana yang tadi disebutkan. Guru tidak bisa serta merta memaksakan ketercapaian materi ataupun ketuntasan kurikulum dengan mengesampingkan penguasaan konsep dan keterkaitan konteks. Differensiasi gaya belajar siswa yang berbeda, kebutuhan dan kemampuan siswa akan materi pelajaran yang tidak sama, kondisi ekonomi, sosial budaya dan latar belakang pendidikan orang tua yang juga tidak sama, serta kemampuan merespon perubahan model pembelajaran yang mendadak. Hal-hal tersebutlah yang menjadi latar belakang saya dalam merumuskan suatu media pembelajaran yang ramah, solutip, dan tidak begitu memberatkan orang tua maupun siswa. Maka saya coba menerapkan strategi 5M dalam pembelajaran jarak jauh ini, yang dapat dirinci sebagai berikut: 1. Memanusiakan hubungan Praktik pembelajaran yag dilandasi orientasi pada anak berdasarkan relasi positif yag saling memahami antara guru, murid dan orangtua. 2. Memahami konsep Praktik pembelajaran yang memandu murid bukan sekedar menguasai konten tapi menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep yag dapat diterapkan diberagam konteks. 3. Membangun keberlanjutan Praktik pembelajaran yag memandu murid mengalami rute pengalaman belajar yang terarah dan berkelanjutan melalui umpan balik dan berbagi praktik baik. 4. Memilih tantangan Praktik pembelajaran yang memandu murid menguasai keahlian melalui proses yang berjenjang dengan pilihan tantangan yang bermakna. 5. Memberdayakan konteks Praktik pebelajaran yang memandu murid melibatkan sumber daya dan kesempatan di komunitas sebagai sumber belajar sekaligus kesempatan berkontribusi terhadap perubahan.

Strategi 5M tersebut kiranya juga perlu didukung dengan media pembelajaran yang tepat. Maka, mau tidak mau saya harus memutar otak, mencari terobosan, mengupayakan langkah solutif guna mensiasati keadaan yang sedemikian rupa. Maka mulailah saya menerapakan 5 langkah berfikir desain, yaitu: 1. Empati Keadaan mental dimana saya merasa atau mengidentifikasi dalam keadaan atau perasaan peserta didik. 2. Identifikasi masalah Media pembelajaran yang nantinya saya buat disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan peserta didik. 3. Ide Agar memudahkan memilih ide, maka terlebih dahulu siapkan “keranjang ide” guna menampung ide-ide yang muncul, baru kemudian disortir. 4. Purwarupa Jadikan dulu media pembelajarannya, jangan termakan oleh virus impurna, ingin serba sempurna. 5. Uji dan ukur Media pembelajaran sebagian besar tidak langsung jadi secara sempurna, Diperlukan tahapan uji coba dan ukur.

Aksi:Mengacu pada 5 langkah berfikir desain dalam membuat media pembelajaran, maka saya memutuskan untuk coba membuat video pembelajaran yang menarik. Menarik dari sisi tampilan, terlebih lagi menarik secara konten dan konteknya. Video pembelajaran yang tidak sekedar memindahkan teks-teks materi dari buku ajar, bukan pula video yang sekedar sebagai pengantar siswa mengerjakan evaluasi. Lebih dari itu, video yang konteksual, yang dapat menjawab keresahan peserta didik akan permasalah belajar yang dihadapinya. Pembelajaran tematik, terlebih di kelas atas SD/MI, mengandung muatan mata pelajaran yang tidak sedikit. Belum lagi materi yang cukup padat dan luas. Jika pada pembelajaran tatap muka secara langsung dengan jumlah jam yang normal saja kadang saya merasa kewalahan dalam meramu pembelajarannya. Maka bisa dibayangkan sulitnya meramu pembelajaran tematik yang dilaksanakan secara PJJ dan dengan jumlah jam yang terbatas. Maka mau tidak mau saya harus memetakannya dalam pendekatan muatan pelajaran tanpa meninggalkan esensi pendekatan tematik sebagaimana karakteristik kurikulum 2013 itu sendiri. Untuk membuat video ini, ada beberapa persiapan yang perlu saya lakukan, diantaranya:  Mempersiapakan HP berbasis android atau personal computer (PC).  Kamera digital atau fasilitas kamera yang terdapat di HP android.  Memiliki aplikasi video maker atau video edit berbasis PC maupun HP android.  Kemampuan mengoperasikan aplikasi video maker atau video edit.  Penguasaan materi bahan ajar agar tampilan lebih natural.  Memiliki akun sosial media, apakah itu WA, instagram, youtube maupun sosial media lainnya.

Akun sosmed tersebut sebagai sarana komunikasi dan membangun jejaring sosial. Sekali kayuh, dua, tiga pulau terlampaui. Artinya video pembelajaran digunakan sebagai media ajar. Adapun media sosial selain untuk membangun jejaring sosial, juga bisa sebagai ladang income jika dikelola dengan baik dan professional. Virus impurna, ya konsep inilah yang menjadi dasar bagi saya dalam membuat media video pembelajaran. Setelah video jadi, kemudian saya melakukan uji coba dengan membagikan angket uji coba pengajaran. Angket ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu angket tes mandiri, angket mitra/pakar, dan angket pengguna. Berdasar masukan yang terdapat dalam angket tersebut, maka saya mencoba memperbaiki video pembelajaran yang saya buat baik di aspek interaksi maupun di aspek ketercapaian tujuan penggunaan agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Setelah melakukan perbaikan, maka video pembelajaran saya unggah di kanal youtube, dan membagikan linknya di group WA peserta didik.

Pelajaran: Dampak yang terlihat dari penggunaan media ini cukup signifikan. Peserta didik menjadi lebih senang, antusias, termotivasi dalam belajar serta adanya interaksi belajar mengajar setelah menyaksikan video pembelajaran yang saya bagikan. Nalar berfikir kritis dan kreatif peserta didik terlihat dari tanggapan terhadap materi video tersebut. Forum diskusi di Whatsapp Group (WAG) demikian dinamis. Siswa bertanya, berdiskusi, ada yang siswa menjawab pertanyaan siswa yang lain, ada pula yang saling melempar pertanyaan antar siswa. Nalar kritis dan kreatif siswa tidak serta merta muncul,. maka saya memberikan stimulus, pancingan-pancingan berupa pertanyaan terbuka (klasikal), pertanyaan tertutup (perorangan), gambar, cerita atau bahkan melempar lelucon sederhana untuk memancing mereka kreatif, kritis dalam mengemukakan pendapat. Stimulus tersebut penting dilakukan mengingat usia anak-anak masih pada jenjang sekolah tingkat dasar (SD/MI).

Ucapan terimakasih dari para murid terdengar begitu lugu dan tulus. “Pak Guru, terimakasih ya sudah memberikan pembelajaran meskipun dalam masa pandemi seperti ini, meskipun pembelajarannya jarak jauh. Kami tetap bisa menerima materi yang Pak Guru sampaikan berkat video-video yang Pak Guru unggah di youtube. Terimakasih Pak Arifin”, terdengar voice note dari Aulia salah satu murid saya. Akun Nayla 44, pada halaman komentar youtube menyampaikan, “Terimakasih Pak Arifin atas ilmu-ilmunya, semangat terus Pak Arifin untuk membagikan ilmu kepada kami”. Febrian Ardiansyah murid saya yang lain, “Mantap pak, kami suka belajar dengan pak Arifin”. “Lanjutkan, teruslah berkreasi dan berinovasi”, support dan apresiasi dari ibu kepala madrasah. Rekan sejawat juga memberikan apresiasinya “Top markotop. Jossss Pak Muarifin, lanjutkan”!. Tidak mau ketinggalan salah satu wali murid juga memberikan komentarnya pada halaman youtube , “Terimakasih Pak Muarifin, putra saya tambah semangat belajar meskipun berada di rumah”. Perwakilan apresiasi maupun komentar-komentar tersebut seketika menghilangkan rasa penat, lelah, capek yang selama ini saya rasa. Tergantikan dengan senyum dan rasa puas yang tidak ternilai. Sejatinya kebahagiaan yang kita rasakan adalah ketika bisa membahagiakan orang lain, tentunya dalam konteks ini adalah membahagiakan peserta didik. Salam sehat, salam bahagia!