Melestarikan Bahasa Jawa dengan lagu SiKoMo (SInau basa ngoKO kroMO)

20 Nov 2021 | by Imawati, M, Pd

Masa pandemi membuat semua lini berubah dari posisi nyaman. Semua harus memutar otak bagaimana semua tetap bisa belajar kapan saja di mana saja. Lambat laun guru dan murid bersinergi dan terbiasa dengan pembelajaran dalam jaringan (daring). Yang masih menjadikan PR adalah bagaimana anak suka dengan pelajaran muatan lokal, Bahasa Jawa. Momok bagi anak zaman sekarang didukung sangat jarang penutur Bahasa Ibu, menambah semakin punah bahasa daerah. Padahal bahasa daerah adalah warisan budaya non benda yang patut dilestarikan. Dan yang meneruskan tentunya anak-anak sebagai generasi pewaris. 

Murid merasa bahasa jawa hanya sebagai bahasa selingan yang mungkin bagi mereka tidak penting. Ndeso, aneh, dan tidak keren. Dalam bahasa jawa ada bahasa ngoko dan krama yang menjadi tingkatan unggah-ungguh bahasa. Bagaimana saat berbicara dengan adik, teman seumuran, dan orang yang lebih tua. Memang jika tidak diterapkan dengan biasa murid akan kesulitan dalam melafalkan dan menghafalkannya. Dalam bahasa Indonesia kata makan, hanya satu yaitu makan saja. Tapi dalam bahasa krama ada 3, yaitu mangan, nedha, dhahar. Nah sekilas susah dan bingungkan, semakin menambah murid ilfeel dalam belajar bahasa jawa. 

Efek dari belajar daring yang hampir 2,5 tahun membuat guru harus berkreasi dengan semua beban materinya. Dikemas dengan berbagai video, alat peraga, lagu dll. Tak kalah juga dengan saya sebagai pemangku yang mengajar bahasa jawa kelas 4 di SD Al Falah Darussalam 2 Sidoarjo. Dengan berbekal teknologi dan kepo tutorial editing di youtube akhirnya mencoba dan jadilah video. Meskipun HP saya kentang (jadul) tapi tetap berusaha download aplikasi Kinemaster. Salah satu senjata untuk utak-atik editing video. Berdiskusi dengan murid enaknya gubah lagu apa, dan mereka memilih lagu “Becak-becak”. Saya kemaslah bahasa jawa ngoko krama menjadi lagu dengan nada “Becak-becak”. Pilihan lagu murid dan agar mereka mudah menghafalkannya. 

Murid menyanyikan lagu becak-becak terlebih dahulu agar tahu tempo nadanya. Setelah itu saya tuliskan lirik lagunya yang saya beri judul “Si KoMo”-Sinau basa ngoKO kroMO. Bernyanyi bersama berkali-kali dalam zoom hingga murid enjoy dan hafal. Sepenggal liriknya yaitu, mangan, nedha, dhahar/ ngombe, nginum, ngunjuk/ lungo, kesah, tindak/ mulih, mantuk, kondur/ turu, tilem, sare/ adus, adus, siram/ maca, maca, maos/ tuku, tumbas, mundhut.Ternyata murid sangat gembira dan mudah sekali mengingatnya, karena kami bernyanyi sambil ada gerakannya. Sehingga murid yang tidak paham artinya akan paham maksudnya.

Agar murid dapat memutar kembali lagunya dengan mudah maka saya buatkan videonya. Saya kemas semenarik mungkin sehingga murid tidak bosan melihatnya. Setelah mereka hafal mereka saya tes menyanyi satu-satu dan memberikan kuis pendek untuk mengecek pemahaman mereka. Dan memberikan tugas berupa mengajarkan ke adik atau saudara serta menyetorkan kembali berupa video ke saya. Dengan metode ketuk tular harapannya semua anak Indonesia bisa berbahasa jawa ngoko krama dengan mudah dan senang.

Dengan berinovasi dan melibatkan murid dalam membuat media lagu dan video membuat mereka senang belajar. Tidak ada lagi yang bosan atau benci dengan pelajaran bahasa jawa. Ketika kita bosan, bantinglah setir dan buatlah alur pembelajaran anti mainstream. Maka akan membuat kita lebih semangat mengajar dan murid semangat belajar. 

Hidup merdeka mengajar dan belajar.

Simak Video Pemaparan Ibu Imawati