Penggunaan media video untuk meningkatkan kemampuan menulis teks non fiksi bagi siswa kelas 4 SD
01 Dec 2021 | by Windhi Oktavina, S.S., M.Pd.
Tahun ajaran 2021-2022 ini saya kembali ditempatkan sebagai guru kelas empat SD. Saya mengampu mata pelajaran bahasa Inggris. Sekolah kami menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar sehingga mata pelajaran bahasa Inggris menjadi salah satu pelajaran utama atau core subject. Murid nantinya harus siap menghadapi ujian Edexcell (ujian internasional yang diselenggarakan oleh negara Inggris) di kelas lima. Kemampuan menulis mereka menjadi tantangan tersendiri karena dalam menulis mereka harus menguasai cara membuat kerangka pikiran, penguasaan tata bahasa Inggris yang menggunakan tenses. Selain itu kebiasaan membaca yang masih kurang juga membuat mereka mengalami tantangan dalam menuangkan isi pikiran mereka ke dalam bentuk tulisan.
Salah satu kompetensi yang harus dicapai murid adalah mampu menulis teks non fiksi. Dalam tulisan non fiksi diharapkan murid mampu menjabarkan informasi sesuai dengan topik yang diberikan. Dengan berubahnya mode belajar dari luring menjadi daring membuat guru mengalami kesulitan dalam membimbing murid-murid yang secara akademik lemah. Murid-murid ini kurang lebih ada lima orang di setiap kelas. Saya mengajar empat kelas paralel di kelas empat. Selain itu terlihat keaktifan siswa berkurang dalam model pembelajaran daring ini.
Guru mulai menggali informasi terkait alasan-alasan siswa tidak bisa aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar daring. Kelas daring dilakukan mulai pukul 07.30 dan berakhir pukul 11.30. Lalu apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan informasi tersebut? Untung saja ada kegiatan Wardah Inspiring Teacher di tahun 2021 ini dan memberikan informasi cara membuat peta empati. Peta empati adalah peta yang menggambarkan apa yang murid pikir dan rasakan tentunya saat menjalani kegiatan belajar daring. Peta ini juga menampilkan apa yang murid lihat, dengar, dan lakukan. Guru menyebutkan keresahan yang dirasakan di dalam kegiatan belajar- mengajar daring dan apa harapan mendalam yang ingin guru capai.
Dari peta empati yang dibuat, ditemukan bahwa murid sering menonton YouTube. Mereka dapat menceritakan informasi yang didapatkan melalui platform tersebut dengan baik. Guru memikirkan ide untuk membuat media pembelajaran dalam bentuk video yang nantinya akan dimasukkan ke dalam channel YouTube. Keresahan yang timbul yaitu kurangnya kemampuan menulis murid membuat guru terpikir membuat video pembelajaran langkah-langkah menulis. Guru memulai dengan menjelaskan langkah-langkah menulis tulisan non-fiksi karena jenis tulisan non-fiksi lebih mudah bagi para pemula. Video dibuat dengan durasi tidak lebih dari lima menit dan diharapkan siswa dapat langsung praktik menulis.
Video tahap satu ditampilkan kepada beberapa rekan guru untuk diminta penilaiannya, apakah video tersebut jelas atau masih ada yang perlu diperbaiki. Video yang telah disempurnakan kemudian ditayangkan pada saat pelajaran Bahasa Inggris. Siswa mulai menulis mengikuti langkah-langkah di video. Dalam waktu satu jam pelajaran, murid telah mampu menulis tulisan non-fiksi dengan topic sea creature. Topik ini dipilih supaya berkaitan dengan tema unit 2: Going deep. Memang sungguh dahsyat bagaimana sebuah empati membuat inovasi terjadi. Kegiatan belajar menjadi lebih bermakna dengan adanya peluru dan tembakan yang tepat ke sasaran masalah. Murid pun menjadi lebih percaya diri dalam menggoreskan pena mereka.
Dalam penggunaan media video ini, guru melakukan dua kali perbaikan dan memberikan link YouTube tersebut kepada para murid agar mereka dapat memperbaiki tulisan non fiksi mereka. Dari tulisan yang mereka kirimkan terlihat bahwa mereka telah memahami langkah-langkah penulisan non fiksi sesuai dengan video yang diberikan.