Media Panduan "Membatik Jumputan Untuk Anak Usia Dini "

11 Dec 2020 | by Rina Dianawati, S.Pd.AUD

PRAKTIK BAIK PEMBELAJARAN SELAMA MASA PANDEMI
MEDIA PANDUAN
“MEMBATIK JUMPUTAN UNTUK ANAK USIA DINI”

2020…. Menjadi tahun yang tak akan terlupakan untuk semua orang di dunia ini. Dimana pandemi Covid-19 telah merubah banyak hal, rencana-rencana yang telah dibuat hanya tinggal rencana. Allah berkendak lain…. Namun keyakinan bahwa semua terjadi atas kehendak Allah tak boleh hilang dari hati dan fikiran kita. Dimasa pandemi ini justru menjadi tantangan tersendiri bagi semua orang, semua kalangan, semua bidang pekerjaan. Orang-orang dituntut untuk kreatif, inovatif agar bisa menjadi pemenang dalam perang melawan pandemi ini.
Begitu juga dalam dunia pendidikan, pamdemi ini menjadi tantangan yang luar biasa berat. Dimana guru dan murid tidak bisa bertatap muka secara langsung. Diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh membuat sebagian besar guru dan murid mengalami kesulitan. Masyarakat Indonesia dengan keberagaman latar belakang sosial , ekonomi dan budaya belum siap melakukan pembelajaran jaurak jauh ini. Namun, siap tidak siap pembelajaran jarak jauh tetap harus dilaksanakan. Meski dengan segala keterbatasan dan kekurangan. Tanggung jawab kita sebagai guru harus tetap ditunaikan, dan hak siswa untuk belajar harus tetap diberikan. Meski harus disesuaikan dengan kondisi yang yang ada didaerahnya masing-masing. Tugas para pendidik untuk mencerdaskan anak bangsa harus tetap berjalan. Saya yang mengajar di Taman Kanak-Kanak Kelompok A, bertanggung jawab untuk meletakan dasar-dasar pembelajaran disemua aspek perkembangan anak. Dan adalah sebuah PR besar bagi saya agar dapat melakukan pembelajran jarak jauh yang bermakna, aplikatif, mudah dilaksanakan, murah dan pastinya bisa mengembangkan semua aspek perkembangan.
Sekolah tempat saya mengajar, TK Lazuardi, terletak desa Karangsembung Kabupaten Cirebon Jawa Barat, dengan letak demografis semi pedesaan. Dimana desanya sudah ramai dengan pertokoan, dilalui oleh jalan raya kabupaten, dan sinyal internet yang sudah baik,. Dengan orang tua murid yang beragam latar belakang pekerjaan dan status sosialnya. Alhamdulilah hampir semua orang tua dan wali murid memiliki gawai. Dan karena itu dimasa pandemi ini pembelajaran jarak jauh dilksanakan dengan menggunakan media gawai , memanfaatkan aplikasi Whatsapp. Namun kemudian ditemui kendala, karena adanya perbedaan pemahaman para orang tua pada tugas yang diberikan sehingga kadang hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah lainnya adalah, terbatasnya alat dan bahan yang dimiliki orang tua murid dirumah, sehingga guru tidak bisa memberikan pembelajaran seperti saat disekolah. Sementara disisi lain, aspek perkembangan anak tidak bisa diabaikan. Disinilah saya sebagai guru dituntut untuk berinovasi agar dapat menemukan cara yang tepat untuk mengatasi kendala yang ada. Dimana disaat pembelajaran jarak jauh ini dibutuhkan pembelajaran yang aplikatif, mudah dilaksanakan, tidak memerlukan biaya yang mahal namun tetap dapat mengembangkan kreatifitas dan semua aspek perkembangan anak. Dan terkhusus anak-anak TK, panduan yang diberikan harus benar-benar detail dan jelas. Karena untuk anak TK yang hampir dipastikan belum bisa membaca, maka untuk pelaksanaan tugas dibutuhkan peran serta orang tua. Dimana mereka memiliki beragam latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Yang pastinya pemahaman atas sebuah tugaspun berbeda-beda, dan kesibukan masing-masing orang tua yang mungkin tidak bisa mendampingi secara penuh saat proses pembelajaran.
Setelah melalui beberapa waktu pembelajaran jarak jauh dan melihat adanya kegagalan dalam pencapaian tujuan, saya berusaha mencari solusi agar apa yang diharapkan dari proses belajar jarak jauh ini dapat tercapai yaitu terkembangkannya 6 aspek perkembangan namun dengan bahan yang mudah didapatkan, murah dan mudah dilaksanakan. Dan akhirnya saya memutuskan untuk memanfaatkan alat dan bahan yang ada disekitar rumah siswa sebagai alat dan bahan belajar. Baik berupa bahan bekas maupun bahan-bahan alam. Misalnya beraneka tanaman dengan daun-daun, batu –batu dan kerikil, koran bekas, botol bekas, plastik bekas, dan beragam bahan bekas lainnya. Dengan menggunakan barang-barang bekas dan benda-benda yang ada dilingkungan rumah, selain aspek-aspek perkembangan yang terkembangkan, anak-anak akan memahami bahwa dilingkungan sekitar rumahpun terdapat banyak hal yang dapat digunakan untuk belajar dan kesadaran akan pemanfaatan limbah atau daur ulang.
Dan untuk memudahkan proses penyampaian pembelajaran saya membuat media panduan. Dimana salah satunya adalah “Media Panduan Membatik Jumputan Untuk Anak Usia Dini”. Dalam panduan tersebut, tidak hanya berisi tulisan tapi juga dilengkapi dengan foto-foto cara pembuatan agar menjadi jelas dan tidak terjadi kesalahan dalam memahami tugas. Langkah-langkahnya ditulis dengan detail dan runut. Disampaikan melalui media gawai, pada aplikasi Whatsapp. Dan orang tua kemudiaan diminta untuk melaporkan semua proses yang dilakukan dirumah melalui Whatsapp. Baik berupa photo maupun video. Ini dilakukan untuk menghindari orangtua yang mengerjakan tugas yang diberikan. Karena jika sampai hal itu terjadi maka tujuan dari pembelajaran tidak tercapai. Karena yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran ini adalah prosesnya yang akan membuat anak belajar, bukan hanya sekedar hasil.
Proses pembuatannya yang membutuhkan waktu lebih dari 1hari, sehingga saya menggunakan metode proyek. Jadi setap hari langkah demi langkah dalam proses pembuatan dilaporkan secara detail. Dan pada pelaksanaannya Alhamdulillah orangtua responnya sangat baik, semua orang tua dengan sigap melaporkan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh anak-anak. Dari proses awal samapai akhir semua dilaporkan dengan detail seperti yang saya minta. Dan anak-anakpun terlihat gembira difoto-foto dan video yang dikirimkan setiap harinya. Dibarengi dengan celotehan-celotehan khas kanak-kanak yang membuat saya tersenyum bahagia melihat dan mendengarnya. Salah satunya komentar Aura dalam video yang dikirimkan orangtuanya saat proses mengikat batu pada kain menggunakan batu, “aduuuuhhh susah banget ini”. Namun dengan senyum yang ceria dan terus berusaha mengikatkan karet di kainnya. Dan akhirnya berhasil, ekpresi senangnya terlihat jelas divideo itu. Ada juga celotehan Talita dalam video yg dikirimkan orangtuanya saat proses melepas ikatan setelah proses pewarnaan. Dengan mata berbinar Talita berkata “waaahhh bagus jadinya…”. Semua celotehan anak-anak itu mengobati sedikit kerinduan saya pada mereka.
Dari foto –foto, video dan komentar-komentar para orang tua dan celotekan anak-anak saya menyadari, betapa kegiatan pembelajaran tidak saja harus bermakna, namun yang lebih penting adalah bahwa anak-anak merasa senang saat melaksanakan kegiatan yang diberikan oleh guru. Karna anak-anak yang bahagia lebih mudah untuk belajar dan diajar. Sehingga proses belajar bisa berlangsung dengan baik, dan tujuan pembelajaranpun bisa terwujud. Dan agar anak-anak merasa senang, tugas yang diberikan harus disesuaikan dengan perkembangan anak, tidak membosankan, mudah dilaksanakan dan bisa mewadahi minat dan bakat anak. Dan memanfaatka apa yang ada dilingkungan terdekat adalah solusi terbaik.
Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai bahan referensi bagi rekan-rekan guru semua, khususnya bagi saya pribadi sebagai bahan refleksi. Mohon maaf atas segala kekurangan, karena ini adalah kali pertama saya menulis. Pastinya masih banyak kekurangan dan kesalahan yang saya lakukan. Terimakasih WIT,KGC,SEKOLAHMU yang sudah memberikan saya banyak pelajaran berharga yang tak ternilai…
Terakhir semoga pandemi ini segera berakhir, sehingga kita semua bisa kembali kesekolah dengan sehat dan bahagia. Aamiin….