MEMAHAMI MATEMATIKA MELALUI KARTU DOMINO

11 Dec 2020 | by Mitafatul Inayah, S.Pd

Menjadi guru di era milenial ini kita dituntut untuk semakin kreatif. Bagaimana tidak? Perkembangan zaman membuat murid semakin kreatif. Yang mungkin di zaman guru muda itu ambigu untuk dibicarakan, kini malah dipelajari oleh murid. Yang dulu mungkin terdengar negatif, sekarang dikonotasikan sebagai pengetahuan yang positif. Sebagai guru matematika kelas 9, rasanya semakin harus kreatif lagi. Mendidik murid yang sama sejak kelas 7 hingga mereka kelas 9, sudah berbagai metode pembelajaran dipraktekkan. Untuk apa? Murid SMP adalah anak-anak yang mudah bosan dan haus akan hal-hal baru. Jadi, sepertinya mereka mulai bosan dengan metode pengajaran saya. Akhirnya tercetuslah ide menggunakan media kartu domino. Penggunaan kartu domino ini saya terapkan di kelas 9 ketika materi Bab 1 sudah hampir selesai. Karena memang tujuannya adalah meningkatkan pemahaman dengan Latihan soal. Mungkin konsepnya hampir sama dengan kartu soal, bedanya ini kartu domino dan sudah disediakan oleh guru sebelumnya.
Murid saya berasal dari berbagai kalangan, terlebih kebanyakan merupakan murid beasiswa yatim dan dhuafa. Mereka kebanyakan sudah tak asing lagi dengan kartu domino. Murid saya yang dari regular malah yang bertanya-tanya apa itu kartu domino, mungkin sejak kecil sudah dikenalkan dengan lingkungan smartphone. Untuk penggunaan kartu domino ini, saya mempraktekkan di kelas 9A SMP Khairunnas. Kelas ini didesain heterogen putra dan dominan murid yang low learner, murid yang fast learner dan dianggap memiliki potensi untuk menjadi tutor bagi temannya yang diletakkan di kelas ini. Saya menjadi lebih tertantang untuk membuat kelas ini lebih memahami dan menyukai matematika. Meski saya sudah memahami karakter mereka semenjak mengajar mereka di bangku kelas 7, namun saya meyakini semua orang berkembang dan termasuk saya pun juga harus berkembang. Materi Bab 1 yang saya ajarkan adalah materi perpangkatan dan bentuk akar sesuai dengan kurikulum 2013 edisi revisi terbaru. Dalam satu kali pertemuan matematika dengan murid kelas 9A, saya memiliki waktu 70 menit. Untuk permainan domino ini, saya berikan mereka waktu sekitar 45 menit. Sisa waktu digunakan untuk penjelasan permainan dan refleksi. Isi soal dan jawaban yang saya sediakan sebenarnya bukanlah soal yang susah, bahkan saya masih menggunakan angka-angka kecil. Kembali lagi ke tujuan awal yaitu agar mereka tidak bosan dan lebih memahami konsep perpangkatan dan bentuk akar itu sendiri.
Di awal pembelajaran, saya melakukan review materi yang sudah dipelajari. Kemudian saya akan menceritakan alur permainan, “Anak-anak, hari ini kita akan bermain permainan kartu domino tapi bukan kartu domino seperti biasa. Sebelum memulai permainan, terlebih dahulu akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Setiap kelompok harus menyusun kartu dari start hingga finish.” Mengapa berkelompok? Karena layaknya bermain domino, lebih asik jika berbanyak orang bukan? Pertama-tama pemain mencari titik start, di samping titik start terdapat soal, lalu pemain mencari jawaban. Setiap kartu selain kartu start dan finish adalah kartu domino soal dan jawaban. Selayaknya kartu domino biasanya, setiap kartu memiliki sisi kanan dan sisi kiri. Dalam kartu domino matematika saya, sisi kanan adalah soal dan sisi kiri adalah jawaban. Pemain beradu siapa cepat mencapai jawaban di kartu finish. Ketika bermain kartu, mereka saya iringi dengan musik-musik yang berirama beat agar terasa semangatnya antara satu kelompok dengan kelompok lain. Kelas 9A terdiri dari 21 anak. Jadi dalam satu kelas terdapat 4 kelompok dengan 1 kelompok berisikan 6 anak, selain itu berisikan 5 anak. Kelompok sudah saya bagi secara heterogen.
Dalam pembelajaran menggunakan media domino milik saya, saya menyamakan kartu domino antar kelompok agar memudahkan mencocokkan Ketika presentasi. Guru bisa berinisiatif dengan membuat kartu domino yang bervariasi antar kelompok agar soal yang dibahas lebih banyak. Hal ini tidak saya praktekkan karena terkendala di kelas slow learner, kemudian saya juga menginginkan yang presentasi adalah murid yang slow learner. Dalam waktu 45 menit itu, kartu domino saya hanya berisikan sekitar 20 soal. Guru bisa menambah atau mengurangi jumlah soal sesuai kondisi kelas.
Strategi kelompok untuk menyelesaikan permainan pun berbeda-beda. Ada kelompok yang membagi kartu domino ke teman-temannya untuk mencari jawaban. Ada yang dihitung dan dipikirkan Bersama-sama. Ada juga kelompok yang menuliskan soal dan mencari jawaban dahulu sebelum Menyusun kartu domino. Sambil berkeliling saya melihat perkembangan kelompok. Dengan mengatakan “hayo kelompok 1 sudah mau selesai, hayo kelompok 2 sedikit lagi.” Agar mereka merasa terbandingkan dan berburu untuk segera Menyusun start sampai finish. Karena ini bukanlah sebuah penilaian harian, saya juga membantu murid yang masih kebingungan. Yang terpenting, kelas saya buat semenyenangkan mungkin hari itu. Tak lupa saya sampaikan bahwa nanti yang presentasi adalah kelompok yang angkat tangan terlebih dahulu, untuk siapa yang presentasi adalah perwakilan 2 murid yang saya tunjuk dari kelompok yang angkat tangan itu. Setelah 45 menit selesai, saya akan mempersilahkan salah satu kelompok untuk presentasi hasil permainan kartu domino.