Belajar Bertumbuh dengan Ragam Media Virtual

20 Nov 2021 | by Melfa Pusparina Annuru, S.Pd.

Memasuki tahun kedua pandemi Covid-19, di sekolah saya mengajar masih melakukan pembelajaran jarak jauh. Sehingga saya dan murid hanya dapat berinteraksi secara virtual. Belajar dari pengalaman sebelumnya, saya tidak mau antara saya dan murid baru di kelas X tidak saling kenal. Juga, saya merasa terbebani apabila hanya mengirimkan tugas dan link video di kelas maya, kemudian memerintahkan murid tanpa umpan balik. Selain kecewa dengan respon murid yang kurang aktif dan hanya menyalin penyelesaian tugas dari teman atau internet. Saya sadar aktivitas tersebut bukan “belajar untuk bertumbuh”, melainkan hanya syarat untuk memperoleh nilai "angka" saja. Oleh karena itu, saya mau antara saya dan murid bisa sinergi menciptakan atmosfer kelas yang selalu dirindukan walaupun secara maya.

Mengajar murid kelas X berarti saya harus siap dengan penyesuaian belajar mereka yang baru saja naik jenjang. Mengapa demikian? Karena saat saya melakukan asesmen diagnosis, tidak semua murid pernah merasakan belajar tatap maya dan readiness mereka untuk belajar belum terlihat. Ini dua tantangan bagi saya untuk menciptakan kelas bermakna bagi murid.

Mengatasi keresahan yang saya rasakan, di pembelajaran saya terapakan beragam media virtual dan variasi gaya belajar dalam proses pembelajaran. Terkait media yang digunakan, saya pun mengklasifikasikan medianya menjadi dua jenis, yaitu media pokok dan media penunjang. Media pokok adalah media yang rutin digunakan saat pembelajaran daring. Adapun media pokok yang saya dan murid gunakan adalah Google Meet dan Google Classroom. Di setiap pertemuan pembelajaran saya membagikan link Google Meet di Google Classroom kemudian proses belajar pun berlangsung secara tatap maya.

Adapun media penunjang adalah media yang saya gunakan seperlunya saja, diantaranya What’sApp dan Quizizz. Kedua media tersebut saya integrasikan ke dalam pembelajaran sesuai kebutuhan saya. Di What’sApp saya membentuk grup belajar per kelas, karena semua murid menggunakan aplikasi tersebut dan lebih sering diakses daripada aplikasi yang lain. What’sApp biasanya saya gunakan untuk refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan di Google Meet. Saya meminta murid mengirimkan emoticon yang tersedia sebagai bentuk ungkapan perasaan mereka setelah belajar tatap maya. Dan aplikasi Quizizz biasanya saya gunakan pada kegiatan pendahuluan pembelajaran. Di mana saya sampaikan ke mereka kalau sebelum mulai materi, kita “pemanasan” dulu ya dan Quizizz-lah yang menjadi alatnya. Dalam pemanasan itu, saya menanyakan kesiapan belajar mereka, sekaligus me-review materi sebelumnya serta memberi umpan pada materi lanjutan yang akan dipelajari bersama.

Meskipun PJJ ini bukan lagi hal yang baru, namun saya tetap mendapatkan pelajaran baru dari aktivitas di kelas yang saya lakukan. Karena mulanya saya mengira ini hal yang biasa dan tidak akan berdampak apapun terhadap murid saya. Ternyata, selain menyampaikan materi, saya juga membimbing murid dalam menggunakan fitur daring untuk belajar yang sebelumnya tidak pernah murid gunakan. Selain itu, saya merasakan motivasi belajar dan keaktifan murid di kelas maya. Dari 36 siswa, semuanya selalu berusaha untuk dapat hadir walaupun kelas saya menguras kuota mereka. Mereka semangat dan hampir semuanya menyalakan video, terlebih saat saya mengadakan live quiz antusias mereka di luar dugaan saya. Bahkan, ada murid yang menyampaikan ke saya, bahwa Ia senang di kelas saya. Saya bersyukur, karena murid dapat merasakan kembali “hawa belajar” dan tidak lupa akan statusnya sebagai seorang pelajar.

Simak Video Berikut