Perangsang Belajar Dengan Media Peraga Kartu Tanda Baca Dan Gambar

01 Dec 2021 | by Pricillia Winata

Saya mulai menyadari bakat mengajar sejak kecil saat saya sebagai seorang anak tertua  begitu senang membimbing adik-adik saya untuk belajar. Dari itu muncul keinginan dalam diri menjadi seorang guru dan saya bangga telah mencapai apa yang saya inginkan. Setiap kali memulai pelajaran, saya berharap siswa memahami apa yang telah diajarkan dan semoga bermanfaat dalam kehidupa mereka kelak. Suatu ketika saya mengajari para siswa cara penggunaan tanda baca dalam kalimat langsung (direct speech) dan membuat cerita fabel. Saya berharap para siswa lebih teliti dalam penggunaan tanda baca serta mampu mengembangkan kreativitas mereka dalam menulis cerita fabel.  Namun, yang terjadi di kelas adalah mereka malas menyimak cara penggunaan tanda baca dengan benar. Sebagian siswa juga mengatakan tidak memiliki ide apapun dalam membuat cerita fabel. Ketika mengerjakan soal latihan, sebagian besar siswa mengerjakannya asl-asalan. Saya bertanya, “Apa kalian sudah membaca soal dengan teliti?” Mereka menjawab, “Sudah bu tapi saya kesulitan menghapal posisi tanda baca yang benar. Setiap kali belajar tanda baca saya mengantuk.” Saya mencoba merenungkan kembali cara mengajar yang telah saya lakukan. Kemudian saya melakukan asesmen diagnostik dan pendekatan dengan cara membuat sesi sharing. Saya menemukan bahwa metode ceramah yang telah saya terkesan monoton dan kaku.  Saya  menjelaskan materi secara verbalisme sehingga berakibat siswa menjadi pasif dan bosan. Mereka tidak mengetahui manfaat dari penggunaan tanda baca dengan benar sehingga hal itu tidak memotivasi mereka untuk belajar. Saya mencoba mengubah strategi pembelajaran saya agar membangkitkan minat siswa dalam belajar. 

Saya pun berinsiatif membuat modifikasi dalam strategi pembelaran di kelas saya. Saya  menggunakan media peraga kartu tanda baca dan kartu rangkaian gambar untuk membuat cerita. Faizal (2010) menerangkan media peraga sebagai instrumen visual dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi. Saya membuat media peraga tersebut dari karton buffalo dan melapisi dengan laminating agar awet. Kemudian saya menunjukkan kartu gambar kepada para siswa. Saya meminta mereka untuk memberikan ide apa yang terjadi pada gambar tersebut. Ide tersebut lalu disusun menjadi sebuah cerita. Setelah itu saya menuliskan cerita tersebut ke dalam beberapa kalimat di papan tulis. Kemudian saya meminta agar mereka atau saya sendirimenempatkan kartu tanda baca di posisi yang benar. Terkadang saya sendiri yang menaruh kartu tanda baca pada kalimat dan meminta para siswa untuk menunjukkan posisi yang benar. Saya juga meminta siswa membuat kalimat dan menyuruh siswa lain untuk meletakkan kartu tanda baca pada posisi yang benar. Mereka jadi semangat dan berebutan giliran untuk menaruh kartu tanda baca. “Siapa yang tahu dimana letak posisi kartu tanda baca ini?“ tanya saya. “Di atas, Bu, tanda kutip..kalau tanda koma di sebelah kiri, jawab salah satu murid. “Saya bisa jawab, Bu. Tanda titik letaknya di akhir kalimat, Bu”, jawab siswa yang lain. Proses pembelajaran terasa menjadi menyenangkan karena para siswa bisa bermain dengan kartu tanda baca sambil belajar. Mereka juga pada akhirnya memahami cara penggunaan tanda baca tanpa mereka sadari. Ternyata, penggunaan media peraga kartu tanda baca membangkitkan minat perhatian para siswa memahami penggunaan tanda baca dalam kalimat langsung (direct speech) dengan benar. Selain itu, media kartu gambar juga meningkatkan kreativitas siswa dalam membuat cerita fabel. 

Sumber: dosenpendidikan.co.id

Simak video Bu Pricillia disini