Aku, Komik, & Fisika Sebuah Jawaban atas Kegalauan Guru Fisika

20 Nov 2021 | by Thitha Meista


Menjadi Guru Fisika merupakan hal yang tidak pernah saya bayangkan dari kecil, mengajarkan ilmu pengetahuan di mana mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi di dalamnya di harapkan di masa depan membantu manusia untuk menguak dan memahami tabir misteri alam semesta kabarnya. Namun sangat sulit sekali mengajarkan pada murid, terutama menyangkut rumus dan praktek.

Di kelas yang ada hanya mengeluh karena rumus yang banyak, mengerjakan soal yang selalu susah, dan terlebih praktek yang tidak mereka pahami. Sebenarnya rendahnya hasil belajar Fisika murid disebabkan oleh banyak hal antara lain: kurikulum yang padat, materi pada buku pelajaran yang dirasakan terlalu sulit untuk diikuti, media belajar yang kurang efektif, laboratorium yang tidak memadai, kurang tepatnya penggunaan media pembelajaran yang dipilih  kurang optimal, dan kurangnya melibatkan murid itu sendiri, atau bersifat konvensional. Sehingga murid tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian besar didominasi oleh guru.

Dari berbagai faktor penyebab rendahnya hasil belajar Fisika saya mulai mengambil kesimpulan bahwa faktor utama yang menyebabkan rendahnya mutu pembelajaran Fisika disebabkan karena kekurangtepatan saya dalam memilih media pembelajaran serta kurangnya kemampuan saya dalam melihat minat belajar murid. Faktor media pembelajaran merupakan faktor pertama yang menurut saya paling mempengaruhi hasil belajar murid. 

Menurut literasi yang saya baca, pembelajaran Fisika harus disajikan dengan menarik agar terselenggara proses pembelajaran Fisika yang baik karena belajar Fisika tidak hanya mengetahui matematis saja, tetapi lebih jauh murid diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamnya, menuliskannya ke dalam parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan serta menyelesaikan secara matematis. Sehingga nantinya murid akan mengembangkan secara kreatif konsep Fisika ke dalam kehidupan sehari-hari yang berkembang secara dinamis.

Banyak media pembelajaran yang telah saya gunakan dalam proses pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran Fisika, Salah satunya adalah media berbasis cetakan misalnya buku penuntun, hand out, modul, lembar-lembar soal, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya media –media berbasis cetak dirasakan kurang memenuhi standard pembelajaran yang ada karena hanya bersifat buku bacaan yang bisa dibilang kurang menarik untuk dipelajari oleh murid dan cenderung membosankan sehingga masih dibutuhkan media pembelajaran yang baru yang lebih efektif, menarik, mudah dibuat, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Lalu sewaktu saya mengajar ada murid yang diam-diam membaca komik di kelas, dia terlihat sangat asyik membaca sampai tidak menyadari saya ada di belakangnya. Terbesit ingin memarahi murid tersebut tapi semua hilang karena ternyata saya menyadari kenapa tidak saya buat anak-anak membaca komik pelajaran saja, pasti seru. Tapi tidak semua anak bisa menggambar, sembari saya berpikir dan mengamati anak tersebut asyik membaca komik, di belakang terdengar murid tertawa terkikik-kikik pelan, saya hampiri mereka ternyata mereka diam –diam membuat meme foto saya yang sedang mengamati anak membaca komik, mereka yang saya ambil handphonenya langsung ketakutan dan meminta maaf. Saya pun keluar meninggalkan kelas dan merenung, saya harus berubah agar anak-anak menyukai mata pelajaran saya, jadi ada ilmu yang masuk dan itupun tanpa paksaan dan mereka enjoy sekali seperti membaca komik.

Kemudian saya mencari literasi dan menemukan media Fotonovela, nah media inilah yang menjawab gundah gulana saya menjadi seorang guru selama ini, media ini menyerupai komik atau cerita bergambar dengan menggunakan foto-foto sebagai pengganti gambar ilustrasi. Fotonovela merupakan media visual yang memilki karakteristik umum yaitu mudah dibuat sendiri secara sederhana, murah biayanya, sesuai dengan emosional murid, mudah dipersiapkan dan digunakan dalam pembelajaran, sangat praktis perawatannya serta tema pada media ini diangkat dari kondisi nyata murid, dengan maksud agar murid lebih mudah memahaminya.

Saya pun berlatih membuat media Fotonovela pada materi Zat dan Perubahan Wujudnya yang merupakan pokok bahasan yang sangat dasar dalam Ilmu Fisika. Cakupan materi dalam pokok bahasan Zat dan Perubahan Wujudnya masih sangat sederhana dan bersifat abstrak, tetapi masih banyak murid yang belum memahami betul tentang materi tersebut. Hal ini disebabkan media yang digunakan oleh guru saat mengajar kurang begitu menarik sehingga murid cenderung malas untuk mempelajarinya lebih lanjut. Sehingga dibutuhkan media yang menarik murid untuk ikut terlibat secara total ke dalam proses pembelajaran. 

Kemudian setelah berhasil membuat prototype, saya mulai mengenalkan media ini ke murid. Ketika awal mula saya kenalkan media komik foto, murid mulai bertanya dan ragu apakah dapat membuatnya, namun setelah saya berikan contoh hasil yang saya buat, mereka akhirnya  mau mencoba,  perlahan tapi pasti mulai dari membuat storyboard sampai akting foto selama praktikum, dan akhirnya menyusunnya menjadi fotonovela. Ternyata selama berproses Fotonovela menjadi sesuatu yang menarik bagi murid, karena dari media tersebut mereka memahami perlahan konsep fisika, mau bertanya tentang hal yang belum mereka mengerti sampai dengan keseruan belajar editing komik agar renyah dinikmati. Sampai saat ini saya  memodifikasi media fotonovela agar masuk ke dalam semua lini fisika, mulai dari panduan praktikum sampai laporan praktikum. 

Hikmah yang saya ambil dari media ini adalah ketika murid merasa senang dan tertarik lebih dahulu dalam mempelajari sesuatu terutama dalam pelajaran Fisika, maka murid akan mudah menerima materi pelajaran dan mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran. Keterlibatan secara total ini penting untuk melahirkan hasil akhir yang sukses.

Simak Video Berikut