Pelatihan Speaking a la Native Speaker

19 Nov 2021 | by Qudwatu Nabila Rodhiya

“Miss, bagaimana caranya agar saya dapat berbicara seperti native speaker?”

Itu adalah salah satu pertanyaan yang sering saya dapatkan ketika mengajar. Untuk murid kelas XII yang sudah mulai memikirkan tujuan mereka setelah lulus SMA, kemampuan berbahasa Inggris yang ingin mereka kuasai tidak lagi hanya grammar atau spelling, tetapi juga penggunaan bahasa secara aktif dalam kehidupan sehari-hari. Banyak murid saya yang ingin mempersiapkan diri untuk mencari kesempatan bersekolah di luar negeri, sehingga mereka merasa membutuhkan peningkatan kemampuan berbahasa aktif yang akan membantu mereka memperoleh sertifikat kefasihan berbahasa Inggris, seperti TOEFL atau IELTS.

Sayangnya, materi pelajaran bahasa Inggris di sekolah tidak banyak menekankan pada kemampuan berbahasa aktif. Murid-murid lebih sering mempelajari materi grammar serta ekspresi-ekspresi sederhana, yang mungkin bahkan tidak pernah dipraktekkan. Selain itu, meskipun mereka mendapatkan pelatihan TOEFL dari sekolah, mereka belum merasa pelatihan itu cukup untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berbicara dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan refleksi tersebut, saya memutuskan untuk memberikan materi pengayaan di luar jam sekolah untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris aktif mereka. Dalam hal ini, saya merasa aspek yang perlu ditekankan adalah pronunciation dan intonation. Oleh karena itu, saya pun merancang sebuah media pembelajaran dalam bentuk video yang berisi penjelasan interaktif tentang penggunaan intonasi dalam bahasa Inggris.

Dalam perancangan video pembelajaran ini, saya ingin menyesuaikannya dengan kebutuhan serta kesukaan murid-murid saya. Menurut pengamatan saya, murid-murid saya adalah remaja yang dekat dengan budaya pop yang bermunculan di internet. Saya menemukan bahwa salah satu jenis musik yang populer di antara mereka adalah musik lo-fi, yaitu jenis musik bernada lembut namun memiliki ritme dan nuansa yang modern. Jenis musik ini, menurut mereka, cocok didengarkan saat belajar atau bersantai.

Dari hasil pencarian dan pengamatan tersebut, akhirnya saya pun menemukan formulasi yang saya rasa tepat untuk digunakan dalam media pembelajaran saya. Video yang saya buat berisi banyak gambar animasi (GIF) yang mendukung penyampaian materi dalam video. Selain itu, untuk penyampaian materi itu sendiri, saya merekam suara saya dengan nada lembut, seperti dalam video-video Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR), yang dapat menambahkan efek santai sehingga video tersebut dapat dinikmati tanpa harus berada dalam situasi kelas yang serius.

Setelah video selesai dibuat, saya pun mencoba menggunakannya bersama murid-murid saya. Pertama-tama, video saya tayangkan di depan kelas, dan sesekali, saya menghentikan video sejenak agar murid-murid dapat mempraktekkan isi video. Setelah video selesai, saya meminta murid berpasangan untuk kemudian membuat percakapan dalam bahasa Inggris. Kemudian, setiap pasangan maju ke depan kelas untuk mempraktekkan percakapan mereka, dan saya beserta murid yang lain memberikan evaluasi terhadap presentasi mereka.

Di akhir kelas, kami melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah kami lakukan. Dalam refleksi tersebut, murid-murid saya menyampaikan kepada saya bahwa aktivitas tersebut cukup menyenangkan dan semakin meningkatkan semangat mereka untuk belajar dan menggunakan bahasa Inggris secara aktif. Selain itu, karena semua murid mendapatkan evaluasi secara setara, mereka merasa lebih percaya diri saat mempraktekkan percakapan di depan kelas. Saya sadar, ini hanyalah langkah awal untuk membantu murid-murid saya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka secara aktif. Ke depannya, saya berharap praktek baik ini dapat menjadi referensi untuk inovasi pembelajaran berikutnya.

Simak Video Pemaparan Ibu Qudwatu Nabila Rodhiya