Pembelajaran Interaktif Menggunakan Jamboard
20 Nov 2021 | by Tania Chandra, S.Pd
Pelaksanaan pembelajaran online menimbulkan dampak bagi pendidik dan murid. Dibalik dampak positif, beberapa dampak negatif juga kita rasakan. Saat pembelajaran online, murid cenderung menjadi kurang aktif. Mereka terindikasi mengalami penurunan motivasi belajar serta menjadi lebih individualis karena hari-hari mereka disibukkan dengan gadget. Akhirnya, pembelajaran tatap muka pun diperbolehkan. Kabar bahagia yang disampaikan oleh Bapak Nadiem Makarim ini memberikan angin segar bagi kami sebagai pendidik. PTM terbatas dengan tetap mematuhi prokes menjadi kesempatan berharga bagi guru untuk mengejar ketertinggalan yang mulai memasuki tahap learning loss selama PJJ. Sebagai seorang guru, saya ingin murid aktif bertanya jawab dalam kegiatan pembelajaran serta aktif dalam kegiatan diskusi untuk mengasah kemampuan berbicara dan berbahasa mereka karena kelas yang saya ampu adalah jurusan bahasa dan budaya di SMAN 1 Batang Anai dimana mereka dituntut untuk mampu berkomunikasi tutur dan tulis sesuai pelajaran peminatannya dengan baik.
Pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apakah ananda ingin bertanya?”, “Siapa yang mau tampil di depan kelas?” dan sejenisnya sering saya lontarkan kepada murid-murid saat pembelajaran tatap muka. Harapan saya mereka akan menunjukkan ketertarikan dan rasa antusias dengan menunjuk tangan. Namun, kenyataan yang saya dapati adalah kelaspun hening tanpa reaksi. Setelah menunggu beberapa menit, tetap belum ada murid saya yang mau memberanikan dirinya untuk menjawab tantangan yang saya berikan. Hal inilah yang merupakan salah satu tantangan saat awal PTM di kelas saya. Kepedulian serta rasa percaya diri murid berkurang sehingga menyebabkan mereka menjadi pasif. Para murid merasa tidak percaya diri untuk bertanya ataupun menyampaikan pendapat. Disamping itu, mereka juga sulit untuk lepas dari gadget atau gawainya saat pembelajaran berlangsung. Jika hal seperti ini dibiarkan, maka tujuan pembelajaranpun tidak akan tercapai.
Saya berpikir untuk melaksanakan pembelajaran yang memanfaatkan gawai yang merupakan device yang tak terpisahkan dari keseharian murid-murid. Saya memilih untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media berbasis aplikasi yaitu jamboard yang bisa di akses murid melalui gawainya masing-masing. Untuk memastikan kemudahan akses dan keterjangkauannya, saya melakukan ujicoba pengaplikasian media ini terhadap rekan-rekan guru di sekolah saya. Setelah memastikan semuanya berjalan sesuai prosedur, saya menggunakan aplikasi ini terhadap murid-murid. Melalui aplikasi jamboard, saya memberikan pertanyaan lalu murid menjawab dengan menuliskan jawabannya di jamboard kelas yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Jadi dengan jamboard kami melaksanakan diskusi dan tanya jawab secara live dan interaktif. Selain itu, murid-murid juga menjadi lebih kreatif karena aplikasi jamboard menyediakan fitur yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan daya imajinasi. Mereka kelihatan sangat menikmati media yang digunakan karena hasil karyanya bisa dilihat langsung. Mereka juga bisa menggunakan sticky note berwarna yang bisa dipilih saat menjawab pertanyaan. Pembelajaran antropologi di kelas saya menjadi lebih berwarna dan bersemangat.
Refleksi dari keseluruhan proses pembelajaran dengan penggunaan jamboard adalah murid menjadi lebih aktif ketika berdiskusi dan tanya jawab, lebih percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya, mereka senang dan puas karena pendapat mereka dapat tersampaikan secara menarik dan menantang. Jawaban yang dibuat murid pada jamboard saya gunakan sebagai refleksi pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi yang sudah dipelajari. Pembelajaranpun menjadi lebih menyenangkan jika kita mengaplikasikan media yang berpusat ke murid dan berpijak dari kebutuhan murid.