Aplikasi Excel untuk Menentukan Konfigurasi Elektron

12 Dec 2020 | by Valovi

Saya mengajar mata pelajaran kimia di SMK Negeri 1 Bukittinggi yang merupakan gabungan kelompok sekolah teknologi dan rekayasa serta teknologi informasi. Memiliki 12 program keahlian dan jumlah murid mencapai 1500 orang, SMK Negeri 1 Bukittinggi merupakan sekolah yang sangat diminati oleh calon murid yang berasal dari berbagai daerah di Sumatera Barat, Riau, Jambi, dan Palembang. Sebelum pandemic Covid-19, pembelajaran dilaksanakan satu shift di lokasi sekolah yang mencapai 3,8 Ha. Para murid belajar mulai jam tujuh pagi dan rata-rata berakhir pada jam empat sore. Tetapi di beberapa kompetensi keahlian murid bahkan praktek hingga jam enam sore. Pembelajaran kimia merupakan kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1). Oleh karena itu mata pelajaran kimia hanya diajarkan di kelas sepuluh pada semester ganjil dan genap. Meskipun merupakan mata pelajaran dasar keahlian, banyak murid yang merasa kesulitan dalam belajar kimia. Bagaimanapun sumber daya manusia murid-murid yang masuk SMK sebagahagian besar menengah ke bawah. Bagi tamatan SLTP dan sederajat, SMK bukanlah sekolah pilihan pertama bagi sebahagian murid. Meskipun ada sebahagian kecil yang benar-benar memilih SMK sebagai sekolah mereka, hal itu dikarenakan kecenderungan mereka ke aktifitas fisik bukan berfikir. Akibatnya sangat banyak murid kesulitan belajar kimia, matematika dan fisika. Jika dipersentasekan, ketuntasan belajar murid dalam pembelajaran kimia dalam setiap penilaian harian hanya 30%. Sebagai guru saya berkeinginan agar murid-murid saya antusias dalam belajar kimia. Bukan hanya belajar mata pelajaran kimia, tetapi mata pelajaran lainnya juga. Saya ingin mereka memiliki motivasi yang kuat yang berasal dari dalam diri mereka sendiri, tanpa harus dipaksa, tanpa harus dimarahi oleh saya ataupun orang tua. Saya berharap mereka dengan sadar dan iklas menyelesaikan tugas-tugas yang guru berikan. Saya ingin murid menyelesaikan dengan sungguh-sungguh setiap tugas, mengirimnya tepat waktu dan sesuai dengan yang saya inginkan. Dilemanya, Wabah Covid-19 yang masih saja belum berakhir membuat pembelajaran tatap muka tidak dapat dilaksanakan seperti sebelum Covid-19. Banyak hal yang dapat dilakukan saya ketika pembelajaran tatap muka dilaksanakan, bukan hanya intensitas bertemu murid tetapi makna ketika tatap muka di depan kelas. Pada saat tatap muka, saya mengetahui perilaku belajar murid di depan kelas. Saya mengetahui bagaimana respon murid terhadap materi yang saya jelaskan. Saya juga bisa menilai murid yang cepat dan murid yang lambat dalam memahami pembelajaran. Sangat menyenangkan ketika saya bisa mengetahui langsung bagaimana murid bereaksi, berinteraksi dan berkomunikasi di dalam kelas. Namun dikarenakan wabah Covid-19, pembelajaran harus dilaksanakan jarak jauh. Banyak hal yang tidak didapatkan murid ketika pembelajaran dilaksanakan secara daring. Bukan hanya dari segi pemahaman tentang pelajaran, tapi banyak kendala lain yang mereka hadapi. Dari segi pemahaman tentang pelajaran, kalau hanya menyalin materi yang dikirimkan guru atau membaca materi pembelajaran yang dikirimkan guru melalui berbagai platform tentu tidak ada masalah. Tetapi ada pelajaran yang baru bagi murid, seperti pembelajaran kimia yang saya ajarkan ini. Pembelajaran kimia baru diajarkan di kelas sepuluh untuk sekolah menengah kejuruan bidang teknologi dan rekayasa, begitu pun di sekolah menengah umum. Meskipun di sekolah menengah pertama mereka belajar IPA, tapi materinya jauh berbeda. Dalam belajar kimia, mereka mulai mengenal urutan klasifikasi materi, mulai mengenal ada 118 macam unsur dengan lambang-lambangnya. Mereka baru diperkenalkan dengan persamaan reaksi dan cara penulisannya, bentuk atom, partikel penyusun atom, bagaimana ikatan antar-atom terjadi. Semua baru bagi mereka, bahkan hanya menyalin catatan saja ada murid yang mengalami kesulitan, apalagi memahami materinya. Kemudian dari segi kendala yang dihadapi murid dalam PJJ, ternyata beragam masalah yang dihadapi murid di lapangan. Beberapa masalah saya ketahui berdasarkan hasil penelusuran guru konseling terhadap murid yang bermasalah dalam PJJ yang orang tuanya dipanggil ke sekolah. Ada murid yang tidak memiliki telepon pintar, pun tidak bisa meminjam kepada tetangga karena kondisi tempat tinggal mereka yang jauh dari tetangga. Ada murid yang memiliki telepon pintar, tetapi harus digunakan bergantian dengan saudaranya yang lain sehingga harus berbagi waktu. Meskipun sebahagian besar murid sudah memiliki telepon pintar tetapi ada saja hambatannya. Ada murid yang bekerja ke sawah atau berjualan ke pasar dari pagi dan baru pulang di sore hari karena membantu orang tua. Ada juga yang tidak bisa sama sekali menggunakan telepon pintarnya harena tidak adanya akses internet di lokasi mereka tinggal. Bukan hanya itu, meskipun pemerintah melalui kemendikbud sudah memberikan bantuan kuota belajar kepada murid, tetapi pemanfaatannya terbatas. Ini menjadi kendala ketika saya mencoba berinovasi menggunakan berbagai aplikasi untuk menarik minat belajar murid, terkendala karena murid bahkan tidak dapat mengaksesnya. Namun yang lebih membuat hati resah adalah banyak murid yang bermasalah dalam PJJ dikarenakan tidak disiplin bangun tidur sehingga waktu belajar PJJ selalu telat. Kemudian tidak sedikit murid yang menghabiskan waktu untuk bermain game sampai lupa waktu, pun tidak diawasi oleh orang tua sehingga mengabaikan PJJ. Kalau dilihat dari kendala yang dihadapi orang tua, mereka tidak punya waktu untuk mengawasi anak-anak mereka karena harus berangkat ke sawah, harus berangkat ke pasar di pagi buta, dan bahkan tidak tinggal bersama anak-anak mereka. Ada kasus yang mana orang tua yang tidak paham dengan pelaksanaan PJJ, bukannya menyuruh anaknya untuk belajar di rumah, malahan menyuruh anaknya bekerja. Belum lagi orang tua yang tidak memantau kondisi anak-anak mereka karena tinggal di luar kota sementara anak-anak mereka tinggal di tempat kos. Hambatan yang saya hadapi, mulai dari awal pelaksanaan PJJ, sampai saat ini masih ada murid yang bertanya bagaimana cara bergabung ke platform google classroom, bagaimana bergabung ke kelas maya SiCadiakPandai (kelas maya khusus untuk Sumatera Barat). Sungguh membuat geleng-geleng kepala, bagaimana bisa murid yang dengan sengaja mendaftar sebagai murid baru di sekolah pada bulan Juli, tapi sampai hari ini sudah hampir lima bulan belajar PJJ tidak mengerti dan tidak mengerjakan apapun. Saya masih ingat, bagaimana saya harus membimbing murid sebanyak 4 kelas (masing-masing terdiri dari 36 orang murid) untuk memilih aplikasi di play store, mendownloadnya dan menggunakannya. Namun, sampai hari ini pun saya masih saja mengajari murid bagaimana membuka file menggunakan aplikasi tertentu. Sungguh membutuhkan kesabaran, namun saya berfikir bahwa selama ini mungkin mereka hanya menggunakan telepon pintar untuk main game dan hiburan sehingga tidak paham dengan file Ms. Word, PDF dan Ms. Power Poin. Meskipun banyak kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan PJJ, sebagai guru saya harus tetap mencari cara bagaimana belajar kimia bisa lebih diminati murid, hal ini bisa dilihat dari keaktifan murid dalam setiap sesi pembelajaran. Di awal tahun ajaran baru, pada saat PJJ dicanangkan, belum ada instruksi dari kepala sekolah tentang platform resmi yang digunakan untuk belajar daring. Kebetulan saya memilih Google Classroom, itu sesuatu yang baru bagi saya, bahkan mungkin bagi sebahagian besar rekan guru. Bagaimanapun kita tidak pernah membayangkan akan terjadi perubahan yang sangat besar dari cara belajar mengajar diakibatkan wabah Covid-19. Saya belajar secara otodidak dengan membaca dan menonton video-video tutorial. Ketika hampir yakin untuk menggunakan Google Classroom sebagai platform saya berkomunikasi dengan murid, tiba-tiba datang pemberitahuan dari sekolah bahwa akan dilaksanakan pelatihan kelas maya yaitu siCadiakPandai. Maka berubahlah kembali media yang digunakan untuk pembelajaran murid. Saya kembali mengajarkan murid bagaimana mendaftar dan cara login pada kelas maya tersebut. Bagaimanapun, sekali lagi saya harus sabar dalam membimbing murid. Hampir dua minggu membimbing murid, baru mereka familiar dengan media belajar kelas maya ini. Namun setelah empat kali pertemuan menggunakan kelas maya, ternyata keaktifan murid masih rendah pada setiap sesi pertemuan. Hanya 60% murid dari setiap kelas yang aktif mengikuti dan mengerjakan setiap tugas dan melaporkannya kepada guru. 40% sisanya, seperti tidak terdeteksi. Setelah lebih dari dua bulan pelaksanaan PJJ, saya mencoba mengevaluasi pembelajaran yang sudah saya laksanakan. Saya mencoba berkomunikasi dengan wali kelas dan guru bimbingan dan konseling untuk mencari tahu permasalahan murid-murid yang tidak aktif dalam pembelajaran. Ternyata banyak kendala yang dihadapai di lapangan. Salah satunya adalah kemampuan murid untuk mengakses media pembelajaran kelas maya sangat rendah, istilahnya “gaptek”, gagap teknologi. Saya mulanya tidak percaya, di jaman yang serba digital sekarang, masih ada murid kelas menengah yang tidak paham teknologi, sementara mereka bisa memainkan game berjam-jam apapun jenisnya. Lalu saya berinisiatif untuk hanya berkomunikasi lewat Whatsup saja. Saya mengirimkan langsung file-file catatan dan tugas menggunakan WPS dan PDF. Dengan harapan partisipasi murid lebih tinggi dari sebelumnya. Alhamdulillah ada peningkatan rata-rata jumlah murid yang terlibat aktif mengirimkan tugas-tugas yang diberikan. Tetapi saya merasa kurang puas dengan hanya mengirim file-file seperti itu. Saya ingin murid-murid saya mendapatkan beragam informasi tentang pembelajaran kimia, bukan hanya mencatat dan mengirim tugas. Jadi saya mulai eksplor beberapa video dari youtube yang dapat ditonton murid agar lebih bisa memahami materi kimia yang saya ajarkan. Saya juga membuat presentasi menggunakan powerpoint untuk mengajarkan pergerakan electron pada kulit-kulit atom agar murid memahami konsep teori atom Niels Bohr. Saya membuat gambar animasi menggunakan powerpoint karena saya belum bisa menggunakan aplikasi lain untuk membuat vieo pembelajaran. Kemudian agar murid dapat dengan mudah memahami materi konfigurasi electron maka saya membuatkan rumus menggunakan Ms. Excell. Bagaimanapun, tidaklah mudah mengajarkan materi ini kepada murid secara daring, sedangkan ketika belajar tatap muka sebelum pandemi saja, materi ini masih saja sulit dipahami murid. Jadi saya membantu mereka dengan hanya memasukkan nomor atom suatu unsur tertentu, murid dapat mengetahui konfigurasi electron pada kulit-kulit atom. Sebenarnya saya tidak mengirim file rumus ini di awal-awal pembelajaran, saya terlebih dahulu memberikan catatan bagaimana menentukan konfigurasi electron, langkah-langkah serta aturan-aturan yang harus diikuti. Saya memberikan contoh soal dan penyelesaiannya. Kemudian saya minta murid untuk mengerjakan latihan. Pada tiga puluh menit sebelum pembelajaran berakhir, baru saya memberikan file rumus tersebut setelah mereka selesai mengerjakan latihan. Tujuan saya agar mereka berfikir dan menyelesaikan sendiri latihan yang saya berikan dengan membaca catatan yang saya berikan. Lalu kemudian, untuk mengoreksi latihan yang mereka kerjakan, digunakan rumus excel yang saya buat. Meskipun di awal-awal saya harus memandu murid bagaimana menggunakan rumus excel tersebut, tetapi murid merasa senang dan terbantu. Selanjutnya mereka mulai menggunakannya dan tidak lagi terkendala dalam menentukan konfigurasi electron. Hal ini penting karena ini akan digunakan lagi pada kompetensi dasar selanjutnya untuk memahami materi ikatan kimia.