Pemanfaatan asesmen dan video pembelajaran sebagai upaya merawat kemerdekaan belajar

01 Dec 2021 | by Canny Ilmiati, S.Pd.Gr.


Awal maret 2019 saya masih asik belajar bersama murid-murid saya. Mendampingi mereka mengikuti berbagai perlombaan yang ada di sekolah dan kompetisi-kompetisi yang ada. Mengajar dengan segala potensi yang ada pada saat itu dan memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekolah maupun sekitar. Satu hari rasanya tidak cukup untuk dihabiskan bersama murid-murid saya. Tak jarang kami menunda jam pulang sekolah hanya untuk menyalurkan hobi kami di kelas ataupun sekedar makan siang bersama. Saya dan murid saya telah merencanakan berbagai kegiatan hingga akhir tahun pembelajaran. Bahkan, kami berencana jika murid-murid saya lulus, mereka berjanji akan kembali menemui saya saat mereka sudah menjadi murid yang sukses dan berhasil.

 Pertengahan maret 2019, seperti hari-hari sebelumnya, saya menghabiskan waktu saya bersama murid-murid. Kami saling bercengkrama di kelas. Ditengah jam istirahat, Ibu Kepala sekolah mengumumkan bahwa besok kami tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka seperti biasanya. Bak tersambar petir di siang hari, sontak perasaan saya hancur sekali. Bagaimana mungkin kami yang setiap hari biasa menghabiskan waktu bersama, harus berjaga jarak guna mengurang penyebaran Corona Virus Diseases 19 dan ‘parahnya’ lagi harus menghentikan program pembelajaran tatap muka. Perasaan murid-murid saya pasti hancur sekali. Apa yang telah kami rencanakan sejak awal berantakan bagai gelas pecah. Begitupun dengan perasaan saya. 

Saya ingin tetap bersama murid-murid saya. Saya menginginkan murid saya tetap dapat melaksanakan pembelajaran meski saya tidak pernah tahu kapan pandemi akan berakhir. 



Tantangan mulai saya hadapi. Kepala sekolah dan dewan Guru berkumpul. Kami memutar otak bagaimana mendesain pembelajaran dengan sistem jarak jauh. Jujur, ini tidak pernah terbayangkan bagi saya sebelumnya. Guru sebagai motivator, harus mampu membangkitkan minat muridnya karena minat sebagai motivasi yang mempengaruhi proses belajar, berfikir dan pretasi. Guru pun harus mampu meracik pembelajaran yang diminati murid hingga mereka tidak merasa kesulitan dalam belajar apalagi disaat pandemi. Saya berfikir apa yang terjadi dengan impian murid-murid saya jika sekolah diliburkan selama pandemi untuk mencegah pandemi Covid-19. Itu tidak mungkin terjadi. Semua media mengabarkan penyebaran virus yang semakin masif dengan jumlah korban yang semakin bertambah. Banyak orang tua murid yang di PHK karena perusahaannya mengalami kebangkrutan. Belum lagi yang memiliki usaha pun ikutan gulung tikar dan banyak orang tua yang beralih menjadi gojek online untuk menutupi biaya hidup mereka. Terjadi kemunduran akademik atau yang dikenal Learning Loss pada murid-murid saya.

Ya Allah, apa yang dapat saya perbuat untuk murid-murid saya???”

Bagaimana caranya anak-anak dapat belajar dengan keterbatasan gadget dan kuota?”



Lalu bagaimana aksi yang dapat saya lakukan??

Sebagai langkah awal yang saya lakukan yaitu melakukan pendekatan personal dan saya mencoba melakukan assesmen diagnostik melalui kuisioner menggunakan google form sebagaimana penerapan sekolah merdeka belajar yang saya dapatkan melalui Sekolahmu. Kuisioner itu membantu saya untuk mengetahui bagaimana keadaan murid saya hingga muncul rasa empati saya dalam mendesain pembelajaran sehingga pembelajaran jarak jauh berjalan dengan lancar lancar, dan saya dapat mengatur strategi pembelajaran yang tepat masa pandemi. Hari itu juga saya mengundang orang tua murid guna mensosialisasikan desain pembelajaran yang akan saya lakukan. Saya pun membuat kesepakatan kelas dengan orang tua murid dan murid-murid saya. Sejujurnya belum terbayang bagaimana alur pembelajaran yang akan saya lakukan. Tapi, saya mengupayakan pembelajaran yang saya lakukan menitik beratkan pada kemandirian, kolaborasi, tanggung jawab dan keteladanan bersama keluarga di rumah. Beruntung sekali saya bergabung bersama rekan-rekan guru dari berbagai daerah melalui program Wardah Inspiring Teacher yang bekerja sama dengan Sekolahmu. Melalui program tersebut saya banyak mendapatkan pencerahan dalam mendesain pembelajaran merdeka belajar. Bersama teman-teman WIT saya pun memperoleh berbagai informasi dalam dunia pendidikan, motivasi dan model-model pembelajaran yang dapat diterapkan secara jarak jauh ataupun persiapan pembelajaran tatap muka terbatas. Saya juga belajar tentang pembuatan video pembelajaran, gim edukasi, boardgame, dan lain-lain.

Hari ini hari pertama saya melakukan pembelajaran materi Siklus Air. Dimana pada materi itu akan banyak hafalan dan materi yang perlu murid saya pahami. Seperti hari-hari sebelumnya, saya menyapa orang tua dan murid saya melalui Whatapps. Setelah memastikan mereka siap untuk belajar, saya beralih ke Google Classroom. Saya memulai pembelajaran pada pukul 06.30. Diawali dengan pembiasaan baik yang dapat dilakukan bersama orang tua ataupun anggota keluarga lain di rumah. Materi pelajaran saya berikan pada pukul 07.00. 

Pukul 07.00, murid-murid menonton video pembelajaran yang link-nya saya bagikan melalui Google Classroom. Video pembelajaran itu saya buat sendiri. hal itu saya lakukan agar murid saya merasa dekat dengan gurunya. Melalui pendekatan tersebut diharapkan materi yang saya sampaikan kepada mereka dapat dengan mudah mereka serap. 

Usai menonton video pembelajaran, saya kembali menyapa murid-murid saya. 

bagaimana videonya? apakah videonya menarik, nak?”

Sontak mereka senang sekali dan menjawab, “menarik, Bu..” begitu jawab mereka.

kalau menarik, coba kalian sebutkan video tersebut berisi tentang apa?”

dapatkah kalian menyimpulkan isi videonya?”

Mereka antusias dalam menjawab berbagai pertanyaan yang saya berikan melalui zoom. Saya menutup diskusi dengan memberikan latihan menggunakan Quizizz. Wah, senangnya, murid-murid bertambah semangat.

Diakhir pembelajar, kami bersama-sama membuat kesimpulan tetang materi pembelajaran Siklus Air. Tak lupa, kami sama-sama melakukan refleksi pembelajaran untuk mengetahui keefektifan pembelajaran pada hari ini. Pembelajaran saya tutup dengan doa dan memutaran video lagu daerah yang dibuat oleh murid saya. 


Selalu ada pembelajaran di setiap keadaan. Begitu pun dimasa pandemi.  Asesmen dibutuhkan agar kita lebih memanusiakan peserta didik, melakukan pembelajaran secara merdeka tanpa ‘menjejali’ membebani murid dengan berbagai pengetahuan tanpa empati. Melalui asesmen diagnostik yang saya lakukan, murid saya merasa merdeka dalam belajar, mereka tidak takut dalam berkreasi, mengutarakan pendapatnya dan dengan video pembelajaran yang saya buat sendiri di kegiatan pembelajaran, tidak hanya menambah pengetahuan dan motivasi belajarnya mereka tapi juga memancing daya kreativitas mereka untuk membuat video ala-ala mereka.  DAAAAANNNN… pada akhirnya, murid saya jauh lebih jago dalam membuat video dari pada saya.

Terbantu sekali saya mengikuti berbagai program di Sekolahmu. Semoga pengalaman saya juga dapat dirasakan oleh guru-guru lain sehingga murid-murid belajar dengan merdeka. Selaras dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, “Jadikan setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, maka murid diberi kebebasan untuk belajar dari sumber yang beragam, dari guru, teman-teman, orang tua, buku, internet, dan sebagainya.

Simak video pembelajaran berikut ini