Paham Mengali Membagi Dengan Gelas Kak GIE
01 Dec 2021 | by Fitra Elnurianda
Perkalian dan pembagian kerap kali menjadi materi yang sulit dipahami. Masih segar diingatan bagaimana saya dulu diajari perkalian dan pembagian saat masih Sekolah Dasar. Sampai hari ini pun metodenya masih sama dan masih menjadi metode paling diandalkan yaitu menghafal. Seakan-akan kalau ingin mahir perkalian dan pembagian, murid harus bisa menghafal semua angka dari perkalian 1 sampai 10. Hal inilah yang awalnya mengganggu pikiran saya setiap ditunjuk menjadi guru kelas 2 dan 3 Sekolah Dasar. Saya ingin sekali membuat para murid paham apa sih perkalian dan pembagian itu dan apa gunanya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sebelum masuk ke materi perkalian dan pembagian saya melakukan survey sederhana kepada murid saya sebagai Asesmen Diagnosis awal. Karena masih dalam masa pandemi maka saya membagikan pertanyaan survey melalui Google Form. Saya menanyakan sejauh mana pengetahuan mereka tentang perkalian dan pembagian, sejauh mana keahlian mereka melakukan penjumlahan dan pengurangan, apa saja yang ingin mereka ketahui dan lakukan ketika mempelajari perkalian dan pembagian, dan apa saja yang mereka butuhkan ketika belajar. Berdasarkan asesmen diagnosis awal itulah saya membuat peta empati, mengumpulkan apa saja sih yang menjadi keresahan dan kekhawatiran mereka, apa yang bisa saya lakukan agar saya bisa menyediakan apa yang mereka butuhkan. Setelah itu saya mencoba merumuskan masalah yang dihadapi para murid ternyata benar mereka kesulitan untuk memahami cara menghitung perkalian dan pembagian. Para murid juga membutuhkan sebuah media yang bisa membantu menghitung perkalian dan pembagian tanpa mengharuskan mereka menghafal.
Begitu banyak tantangan yang saya hadapi dalam mengajar materi perkalian dan pembagian. Pertama, tidak semua murid ahli dalam menghafal apalagi yang mereka hafalkan bentuknya abstrak dan berupa angka. Kedua, tidak semua murid paham makna sesungguhnya dari 5x3 misalnya atau 15:3. Ketiga, tidak semua murid mengetahui manfaatnya mempelajari perkalian maupun pembagian di kehidupan sehari-hari. Sehingga saya harus memikirkan sebuah ide untuk membuat media yang tepat sesuai dengan kebutuhan para murid yang saya ajar.
Dari berbagai macam media ajar yang ada, saya mencoba mencari media ajar apa yang pas untuk menyelesaikan permasalahan perkalian dan pembagian. Media ini harus sesuai dengan kebutuhan para murid yang saya ajar. Karena murid saya suka sekali belajar menggunakan benda-benda sekitar maka saya putuskan untuk memilih media peraga. Kebetulan sekolah saya sudah melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), sehingga media peraga bisa sangat bermanfaat untuk murid belajar perkalian dan pembagian secara langsung. Saya membuat media peraga yang saya namakan Gelas Kak Gie yaitu Gelas untuk membantu menghitung perkalian dan pembagian. Dengan gelas ini para murid bisa memvisualisasikan angka-angka dalam perkalian dan pembagian dalam bentuk benda konkret yang diwakilkan oleh gelas dan biji. Bahan, alat yang digunakan dan cara membuat media peraga Gelas Kak Gie ini pun sangat mudah. Hanya memerlukan gelas plastik, biji hitung dan kardus/papan.
Media peraga Gelas Kak Gie yang sudah saya buat, saya uji cobakan di kelas saat mengajarkan materi perkalian dan pembagian. Alhasil mereka bisa dengan mudah memahami dan memvisualkan angka-angka dalam perkalian dan pembagian ke benda konkret di media peraga Gelas Kak Gie. Kelas pun menjadi seru karena anak-anak terlihat antusias sekali ingin mencoba media peraga Gelas Kak Gie. Perkalian dan pembagian tidak lagi menjadi sulit karena harus dihapal. Mereka jadi paham bahwa konsep perkalian itu adalah penjumlahan berulang dan pembagian adalah pengurangan berulang. Saya jadi belajar kalau membuat media peraga harus sesuai dengan kebutuhan para murid di kelas. Media peraga Gelas Kak Gie juga berhasil membuat mereka paham manfaat perkalian dan pembagian dalam kehidupan sehari-hari.