Tulisan Praktik Pengajaran: Personalisasi Belajar Bersama The Beatles

19 Nov 2021 | by Nadiya Ahya Hayati

Awal

Sebagai fasilitator pembelajaran privat, membantu murid mengejar ketertinggalan dalam mencapai tujuan pembelajaran atau memperkuat penguasaan materi tertentu adalah tugas dan keinginan saya

Belum lama ini saya memfasilitasi murid untuk menguasai materi figures of speech menggunakan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kegemarannya mendengarkan lagu.
Saya berharap, tulisan ini dapat menginspirasi para pembaca (guru) untuk melakukan personalisasi pembelajaran dengan melibatkan murid dan memanfaatkan kegemaran mereka akan hal tertentu.

Tantangan
Meskipun muridnya hanya seorang, memfasilitasi pembelajaran one-to-one bukannya tanpa tantangan. Pembelajarannya semakin perlu menjadi personal, terutama ketika bentuk materi dan media pembelajaran dari sekolah kurang sesuai dan kurang engaging untuk murid saya, yang kesulitan memahami, membedakan, dan mengidentifikasi contoh-contoh figures of speech dalam karya-karya sastra.


Aksi

Selain masalah penguasaan materi, asesmen diagnosis juga menunjukkan kegemaran murid saya terhadap lagu-lagu karya band gaek asal Inggris, The Beatles. Maka untuk membantunya, saya menggunakan aplikasi daring bernama Quizlet untuk membuat media pembelajaran berupa study set (SS) flashcards (FC) yang berisikan definisi 11 figures of speech (FoS) beserta contoh-contohnya, yang sebagian besar dikutip dari lirik lagu-lagu The Beatles.

Murid saya pun mempelajari SS tersebut, lalu melanjutkannya dengan latihan mengidentifikasi contoh-contoh berbagai FoS dalam SS yang dipelajarinya. Setelah itu, ia memberikan contoh-contoh baru yang dikutipnya dari lagu-lagu atau karya sastra lain untuk kemudian saya tuliskan pada FC baru yang ditambahkan ke dalam SS yang sama. 

Selanjutnya, susunan FC dalam SS tersebut diacak, dan murid saya kembali mempelajarinya sambil mengevaluasi pembelajarannya sendiri, sebelum akhirnya merefleksikan pembelajarannya pada lembar refleksi di Google form. 

Murid saya antusias sekali karena ia hafal sebagian besar lirik yang dikutip. Sesekali, ia menyanyikan lirik-lirik itu, dan saya pun ikut bernyanyi dan berakting seperti pemandu permainan di televisi. Jadi baik murid maupun saya sangat menikmati pembelajaran tersebut karena lebih terasa seperti permainan.

Perubahan

Murid saya terlihat lebih engaged, antusias, gembira, dan tidak tertekan dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dan menguasai materi. Saya pun jadi semakin menyadari 3 hal:

  1. Dalam kelas one-to-one, sebagian besar kegiatan pembelajaran hanya dapat dilakukan berdua saja, sehingga peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan teman belajar. Oleh karena itu, guru sangat perlu melakukan asesmen diagnosis agar dapat memahami dan menjemput murid pada level di mana mereka berada, kemudian membantu mereka naik ke level yang diinginkan.

2. Saat membuat media pembelajaran ini, saya jadi belajar mengenai materi yang justru sedang saya coba ajarkan, sehingga saya mendapat pencerahan bahwa murid, terutama di kelas privat, justru perlu dilibatkan dalam pembuatan media pembelajaran; jika tidak sejak awal, mungkin di tengah-tengah, atau dalam tahap lanjutan/pengembangan, sebab semakin murid terlibat dalam proses pembelajaran, semakin efektif pembelajarannya, dan

3. Seperti membuka pintu dengan kunci yang tepat, media pembelajaran yang tepat juga dapat menjadi kunci keberhasilan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Strategi ini bisa dikembangkan dengan menambahkan contoh-contoh FoS dari berbagai cerpen/puisi/cuplikan novel, dsb, untuk melatih murid mengidentifikasi FoS yang biasa ditemui dalam karya sastra. Selain itu, karena dibuat untuk kelas one-to-one, strategi ini tentu perlu disesuaikan sebelum digunakan di kelas yang lebih besar. Namun demikian, prinsipnya tetap sama, yaitu menerapkan personalisasi pembelajaran.


Simak Video Pemaparan Ibu Nadiya Ahya Hayati