Menangani anak usia dini di awal pembelajaran online
20 Nov 2021 | by Dyah Prasetya Ningsih
Berada disekeliling anak usia dini adalah hal yang sangat menyenangkan bagiku, mereka
selalu memberikan suasana baru yang mengejutkan tetapi begitu alami dan menyenangkan.
Apapun yang mereka celotehkan, lakukan sangat lucu dan menggemaskan. Sebagai seorang
guru anak usia dini yang saat ini menghadapi tantangan dunia baru membuat kita berpikir ulang
mengenai cara belajar yang efektif bagi anak-anak. Pandemic, semua berawal dari pandemic.
Keadaan ini memaksa kita untuk menyeting ulang cara kita belajar ke arah digital. Semua harus
mengikuti dan mempelajari ilmu baru yang ditawarkan agar kebutuhan belajar anak-anak tetap
dapat terlayani dan akomodir dengan baik.
Guru kelompok bermain ingin agar anak-anak dapat mengikuti pelajaran secara daring
dengan fokus yang baik dan memiliki rasa tanggung jawab. Meskipun cara belajarnya baru
secara maya tapi anak-anak tetap memiliki tugas dan kewajiban untuk mengikuti kegiatan
belajar sesuai dengan apa yang ibu guru terangkan dan arahkan. Apakah hal ini semudah
membuat lembar kerja? Semua yang tertulis di kertas hanyalah sebuat rencana idealis, tetapi
pada hakikatnya praktek langsung menghadapkan kita pada berbagai hal diluar pemikiran atau
rencana yang bisa tiba-tiba terjadi.
Anak usia dini di kelompok usia 3 tahun sangat minim dalam hal focus dan rasa
tanggung jawab untuk mengerjakan tugasnya, mereka cenderung cepat bosan, mudah emosi
dan malu-malu dalam mengikuti kegiatan belajar online, beberapa juga menghindar dan ingin
bergerak bebas sesuka hati mereka. Bahkan para pendamping di rumah pun kewalahan dengan
ego anak yang sangat besar. Mencoba berpikir ulang dan mengolah informasi yang diberikan
keluarga peserta didik, tidak ada yang salah dengan pola asuh ataupun gizi yang mereka terima.
Lantas harus apa, tuntutan progres peserta didik sudah menanti. Program sekolah yang ingin
dicapai pun sudah terpampang meminta dipenuhi. Wait, wait akhirnya saya mundur sedikit dan
melihat seperti apa cara anak melihat bagimana agar mereka tidak mudah bosan dan semakin
penasaran dengan apa yang akan dikerjakan.
Setelah melakukan refleksi dengan diri sendiri maka saya berinisiatif menyusun
rangkaian kegiatan seperti pembukaan dengan kegiatan motorik kasar, games, gerak dan lagu,
lalu kegiatan belajar di setting agar anak dapat melakukan sesuatu yang melibatkan seluruh
tubuh anak dan sistem sensori mereka, guru dan anak-anak bersama-sama menerapkan aturan
dan saling mengingatkan satu dengan lainnya. Secara bertahap cara ini diterapkan selama
kegiatan secara online. Guru membuat games permainan yang membuat anak penasaran dan
memancing anak untuk mengutarakan ide mereka sendiri.
Pada saat kegiatan akan dimulai, kami lakukan persiapan mood dengan bernyanyi dan
melakukan gerakan-gerakan dari guru maupun ide gerakan dari anak-anak. Anak-anak terbiasa
untuk saling menyapa dan bertanya satu dan lainnya agar ada ikatan emosional yang terjalin
meskipun secara online. Setelah itu guru akan menunjukkan gambar untuk memudahkan
penyampaian materi pembelajaran dan pembiasaan baik yang harus dilakukan maupun aturan
sekolah secara visual, misalnya pada hari itu kita akan belajar mengenai angka dan kuantitas,
anak-anak melihat simbol angka dan juga gambar yang menunjukkan kuantitas, lalu mereka
mencoba untuk merepresentasikannya dengan bagian tubuh mereka misalnya jari.
Anak-anak mengikuti kegiatan dengan lagu yang merujuk pada berhitung 1-10 sambil
menunjukkan jari mereka. Setelah anak-anak memahami mengenai angka dan kuantitasnya,
mereka diberi tugas menghitung jumlah gambar yang ada di lembar kerja. Guru tetap
mendampingi mereka sehingga tetap terjadi interaksi. Anak-anak tidak secara instan mengikuti
rencana yang dibuat tapi secara bertahap mereka dapat melakukan bagiannya dengan lebih
baik. Anak-anak mulai memahami aturan, mulai dapat mengendalikan diri dan dapat saling
mengingatkan mengenai bagaimana kita bertanggung jawab terhadap diri sendiri.