Papan Bilangan Pecahan

11 Dec 2020 | by Darwati, S.Pd

Tahun pelajaran ini 2020/2021 saya mengajar kelas IV. Selain mengajar saya juga perlu terus menerus berusaha untuk memahami mereka , dalam belajar setiap murid dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern, faktor yang berasal dari dalam diri murid itu sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik yaitu dari orang tua, guru dan masyarakat. Faktor intern dibagi menjadi tiga yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Faktor psikologis menjadi ilmu yang saya pelajari mengenai kejiwaan seseorang yaitu peserta didik. Hal ini yang menjadikan saya untuk lebih banyak mengetahui cara atau penanganan yang sesuai dengan usia mereka 9-10 tahun.
Kegiatan belajar pada materi bilangan pecahan pertemuan pertama adalah murid-murid mampu memahami dan menyebutkan unsur-unsur bilangan pecahan serta mampu menggambar bilangan pecahan. Pada kegiatan ini saya berharap murid-murid mampu memahami materi bilangan pecahan dengan mudah dan menyenangkan.
Selain itu saya juga mendapat data terkait karakter murid-murid kelas IV SD Juara Al-Hakim dari guru yang tahun kemarin mengajar. Bahwa mereka lebih mudah belajar secara langsung. Salah satu karakternya adalah daya ingat murid-murid mudah menerima dan mudah hilang. Jadi, untuk keterampilan perkalian dan penjumlahan perlu dikuatkan lagi.
Dari modul pertama ini ternyata masih sangat sedikit yang mengembalikan. Saat murid ditanya kendalanya mengapa belum terselesaikan? karena masih bingung walaupun di bagian materi di modul sudah dijelaskan.
Munculnya hambatan-hambatan ini menjadikan saya berpikir harus apa dan bagaimana untuk memecahkan masalah ini.Tahapan yang saya lakukan untuk membuat alat peraga antara lain, yang pertama menyiapkan media yang akan di gunakan diantaranya (1) papan/kardus, (2) kertas origami, (3) gunting, (4) lem, (5) pola lingkaran. Setelah, semua bahan dan alat sudah ada maka mulai membuat pola bangun datar lingkaran di papan/kardus, lalu di kertas origami. Saat pola sudah terbentuk maka pola di potong. Tahap kedua adalah mengajak murid- murid untuk belajar secara online yaitu via video call. Murid-murid menyiapkan kertas origami, lem, gunting dan buku tulis.
Pada kegiatan berlangsung saya memberikan pertanyaan terkait bilangan pecahan.
“Apa itu bilangan pecahan?”. Kepada salah satu murid bernama Nawafal. Kemudian, dijawab dengan sangat percaya diri “bilangan yang terdiri dari 2 angka, bu”. Saya memberikan feedback sebagai respon positif dari jawaban Nawwafal tersebut. “Alhamdulillah, good. Apakah ada lagi jawaban lainnya?”. Jika tidak ada, maka saya akan menjelaskan kembali mengenai bilangan pecahan. Kegiatan pertama yang saya lakukan adalah mengambil satu lembar kertas origami berbentuk persegi yang sudah saya bentuk menjadi lingkaran, menempelkannya pada papan bilangan pecahan. Selanjutnya, saya mengambil satu lembar bentuk lingkaran, melipatnya menjadi 2 bagian sama besar dan menempelkan pada papan bilangan tersebut. Hasil dari kegiatan bilangan pecahan menjadi 1/2.
Kemudian, mengambil kertas lagi dan di lipat menjadi 4 bagian dan ditempel, maka menjadi 1/4 dan bagian terakhir adalah kertas origami dibagi 8, maka menjadi 1/8 serta meminta salah satu murid untuk menempel di papan bilangan pecahan.
Papan bilangan sudah terisi semuanya maka saya menjelaskan bagian yang di tempeli dengan kertas origami adalah bagian a dan bagian yang tidak ditempeli kertas adalah bagian b . Maka unsur bilangan pecahan a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut.
Alhamdulillah, kegiatan belajar kali ini sudah cukup puas, karena strategi menggunakan alat peraga papan bilangan pecahan sudah mampu mencapai tujuan yang di harapkan, yaitu murid-murid mampu memahami materi bilangan pecahan dan mengetahui unsur-unsurnya. Namun, masih ada yang perlu untuk dikembangkan pada bagian pemberian latihan soal, untuk diajak lebih pada semi konkret yaitu membuat bangun datar dan di bagi sesuai bilangan pecahan dan diarsir bisa menggunakan garis atau memberi warna.
Penggunaan media ajar yang berpusat pada kebutuhan murid akan memunculkan rasa merdeka belajar, yaitu kita bisa memahami murid tentang apa yang menjadi kendala dalam memahami materi, sehingga permasalahan yang muncul dapat terselesaikan dan kita lebih berkolaboratif untuk aktif dalam pembelajaran bersama murid walaupun dilakukan secara virtual.