Menerapkan konsep kemandirian pada anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan media cerita compic

01 Dec 2021 | by Sartikayati

Saya Sartika pendidik anak berkebutuhan khusus di Uniqkids Center Bekasi. Saya ingin membagi pengalaman praktik baik ketika mengajar Anak Berkebutuhan Khusus. pengalaman yang saya mau bagikan adalah, pengalaman mendampingi murid autisme, sebut saja rafa, dengan usia 5 tahun dalam mengembangkan kemampuan kemandirian. Menurut saya memanusiakan manusia dalam mengajar Anak berkebutuhan Khusus adalah tidak mengajarkan seberapa baik nilainya, namun lebih kepada proses dimana murid berhasil mencapai  sasaran belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.

Awalnya, rafa belum bisa meregulasi diri sehingga ia suka menolak ketika hendak di ajak belajar. Karena memiliki keasikan tersendiri terhadap satu aktivitas yaitu memainkan kedua tangan didepan kedua mata sambil tertawa ke arah atas sudut ruangan. Meski begitu, saya melihat rafa ini bisa mengikuti kegiatan belajar asalkan dengan di beri reward, baik makanan yang ia suka, ataupun benda yang ia inginkan seperti bubble, dan mobil-mobilan.

Tantangan bagi saya adalah bagaimana membantu rafa bisa mengikuti pembelajaran secara fungsional. Pembelajaran secara fungsional adalah murid belajar dimana materi tersebut dapat di praktikkan sesuai dengan fungsinya. Jadi, saya harus membuat media pembelajaran yang memungkinkan di praktikan sesuai fungsinya oleh rafa.

Langkah pertama yang saya ambil adalah mengobservasi kemampuan anak dalam memakai pakaian. Caranya, dengan praktik memakai celana, dan kaos yang sesuai dengan urutannya. Selain praktik, saya meminta rafa untuk menyamakan kartu yang berisikan potongan gambar aktivatas cara memakai pakaian sesuai dengan urutannya. 

Biasanya, kemampuan anak usia 5 tahun dalam memakai celana, dan kaos sudah dapat melakukannya sendiri. Hasil dari observasi menunjukkan, rafa belum cukup mampu untuk menyamakan potongan gambar aktivitas, sementara kemampuan dalam memakai pakaian pun belum dapat memakainya secara mandiri. 

Melihat hasil observasi, sasaran pembelajaran yang fungsional dicapai rafa adalah meyamakan kartu dan memakai celana serta kaos secara mandiri. Tujuan dan proses yang akan dilakukan dikomunikasikan ke anak sehingga anak juga tahu pembelajaran apa yang sedang di pelajari. Ini tantangan bagi saya, mengkomunikasikan tujuan dan proses pembelajaran dengan anak diagnosa autisme. 

Saya menggunakan media cerita compic untuk mengkomunikasikan tujuan dan proses belajar tersebut. Saya membuat gambar terkait pelajaran yang ingin dipelajari lalu menjelaskan dengan media cerita compic. Karena pada saat ini, saya akan mengajarkan cara memakai celana dan kaos sehingga saya memfoto anak yang sedang memakai pakaian.

Saya memakai cerita compic, dari potongan cerita compic ini kita meminta anak untuk menyamakan potongan gambar yang sama. Ketika itu, respon anak bisa benar atau kurang tepat. Lalu saya berikan compic dan instruksi “samakan”. Biasanya, respon anak hanya datar, ataupun memainkan kartunya. Kemudian, saya berikan compic lagi dengan instruksi “coba cari yang sama?” Ada beberapa kemungkinan respon anak, bisa diam, stimming, memainkan compic, membuang compic, tersenyum sendiri, atau langsung bisa. Bersyukur, pada saat itu rafa dua kali promt langsung menyamakan kartu dengan benar, karena kemungkinan masih berada di rentang atensinya.



Setelah itu, proses belajar di mulai dengan memperlihatkan compic sesuai dengan urutan cara memakai celana dan kaos. Saya kemudian meminta anak untuk memakai celana terlebih dahulu dengan memperlihatkan compic memakai celana, dan di lanjutkan dengan memakai kaos. Setelah anak selesai memakai celana dan kaos dengan tepat saya langsung memberikan reward sosial sekaligus makanan ataupun maian yang ia sukai. 




Banyak pendidik yang khawatir mengkomunikasikan tujuan pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus, karena anggapan mereka tidak mampu memahaminya. Tapi, faktanya Anak Berkebutuhan Khusus mampu memahami tujuan belajar bila pendidik bisa menemukan cara yang dapat di pahami oleh anak. Saya percaya, ketika kita mau berusaha pasti allah akan menunjukkan jalan untuk melangkah. Jangan takut untuk memulai, menciptakan hal luar biasa, karena tidak ada proses yang menghianati hasil. I’m differn but not less.

Simak video Bu Sartikayati disini